kip lhok
Beranda / Liputan Khusus / Dialetika / Nasib Rektor di Jemari Menag

Nasib Rektor di Jemari Menag

Kamis, 17 November 2022 09:30 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Baga

Ilustrasi. [Foto: BP2M/Alfiah]


“Lalu Pansel ini bertugas memilih tiga orang. Setelah masing masing calon mempresentasikan. Kalau pengalaman saya dulu hampir dua jam pengalaman presentasi itu. Ditanyakan, pertanyaanya tidak lagi teoritis,” sebutnya.

Namun bagaimana mempraktekan kebijakan kebijakan pengembangan perguruan tinggi, di seluruh bidang. Pertanyaan itu bukan lagi tiori, namun apa yang anda lakukan supaya ini bisa begini dan begitu dan Anda punya pengalaman apa?

“Makanya saat presentasi itu kita diharuskan minimal kita pernah menjadi ketua jurusan paling tidak dua tahun. Kalau tidak sejak di senat kita sudah tidak lolos. Artinya di kampus benar benar terseleksi baru diserahkan ke Menteri,” jelasnya.

“Artinya siapapun yang terpilih tiga besar itu kualitasnya sudah teruji. Pansel yang memilih tiga besar ini kemudian menyerahkan ke Menteri. Menteri itu tidak akan memilih diluar tiga besar ini,” kata dia.

Menteri cenderung tidak punya hak dan muatan politis dalam penentuan ini? Kalau kita lihat tiga besar pilihan nya sudah sangat terbatas.Tidak bisa memilih diluar ini. Artinya apa yang disampaikan Pansel itulah yang dipilih Menteri.

Kecuali dari awal sudah ditentukan Menteri itu baru muatan politisnya ada. Namun ini semuanya dimulai dari bawah dan transparan. Hasil dari Senat ke Pansel, kemudian Pansel melakukan tugasnya baru disampaikan ke Menteri. Sampai di Menteri itu wajar karena dia pemerintah pusat.

Selanjutnya »     “Kalau nuansa politisnya itu persepsi ...
Halaman: 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Keyword:


Editor :
Alfatur

riset-JSI
Komentar Anda