Inggris Sebar Rp 10 Trilliun untuk Laut, Indonesia Dapat Bagian
Font: Ukuran: - +
Sumber : liputan6.com
DIALEKSIS.COM | London - Pemerintah Inggris menyiapkan dana hingga 500 juta pound sterling (Rp 10 triliun) untuk melindungi laut melalui program Blue Planet Fund (Dana Planet Biru). Indonesia rencananya juga akan kebagian dana ini.
Keputusan ini diumumkan pada KTT G7 di Cornwall pada Minggu (13/6). Inggris memipin negara-negara G7 pada rencana Build Back Better for the World dengan mendukung pembangunan tanpa melupakan perlindungan lingkungan dan iklim.
Dana 500 juta pound sterling itu akan mendukung negara-negara termasuk Ghana, Indonesia dan negara-negara kepulauan Pasifik untuk mengatasi isu penangkapan ikan yang tidak berkelanjutan, melindungi dan memulihkan ekosistem pesisir seperti bakau dan terumbu karang, dan mengurangi polusi laut.
"Sebagai negara demokratis, kita memiliki tanggung jawab untuk membantu negara berkembang memetik manfaat dari pertumbuhan bersih melalui sistem yang adil dan transparan. G7 memiliki peluang yang belum pernah terjadi sebelumnya untuk mendorong Revolusi Industri Hijau global, dengan potensi untuk mengubah cara hidup kita," ujar Perdana Menteri Inggris Boris Johnson dalam pernyataan resmi Kedutaan Besar Inggris, Kamis (17/6/2021).
Pembiayaan pun diberikan bagi negara-negara Asia dan Afrika, salah satunya melalui Dana Planet Biru. Pendanaan akan berjalan setidaknya selama lima tahun, mulai tahun 2021.
Sementara, Duta Besar Inggris untuk Indonesia dan Timor Leste, Owen Jenkins, merasa optimistis setelah melihat adanya motivasi besar di KTT G7 dalam mengatasi krisis perubahan iklim dan hilangnya keanekaragaman hayati. Ia berharap Indonesia juga bisa merasakan dampak positif program-program yang melindungi lingkungan ini.
"Kami berharap dapat bekerja sama dengan Indonesia untuk melihat bagaimana negara ini dapat memperoleh manfaat sebesar-besarnya dari pengumuman ini “ termasuk keuangan untuk infrastruktur; dana baru untuk adaptasi ketika target pendanaan iklim sebesar $100 miliar per tahun terpenuhi; dan melalui dana Planet Biru untuk memulihkan dan melindungi lautan kita”, jelas Dubes Owen.
Sumber : Dok. liputan6.com
Seluruh negara anggota G7 mendukung Nature Compact untuk menghentikan dan mengembalikan hilangnya keanekaragaman hayati pada tahun 2030 “ termasuk mendukung target global untuk melestarikan atau melindungi setidaknya 30 persen daratan dan 30 persen lautan secara global pada akhir dekade ini.
Secara keseluruhan, negara-negara tersebut menyetujui G7 Nature Compact “ yang mengikat para pemimpin dunia untuk:
• Ubah insentif dan pengendalian kegiatan yang tidak berkelanjutan dan ilegal yang berdampak negatif terhadap alam, seperti melalui penanggulangan deforestasi dengan mendukung rantai pasokan berkelanjutan, dan meningkatkan upaya untuk mengatasi perdagangan satwa liar ilegal.
• Bekerja untuk meningkatkan investasi di alam dari semua sumber secara signifikan, dan untuk memastikan alam diperhitungkan dalam pengambilan keputusan ekonomi dan keuangan - misalnya, dengan menggunakan Tinjauan Dasgupta sebagai referensi untuk tindakan utama.
• Mendukung dan mendorong perlindungan, konservasi dan pemulihan ekosistem yang penting untuk menghentikan dan mengembalikan hilangnya keanekaragaman hayati dan mengatasi perubahan iklim, seperti mendukung target untuk melestarikan atau melindungi setidaknya 30 persen daratan global dan 30 persen lautan global pada akhir dekade.
• Bertanggungjawab untuk mengambil tindakan domestik dan global untuk alam dengan mendorong penguatan akuntabilitas dan mekanisme implementasi dari semua Perjanjian Lingkungan Multilateral di mana kita termasuk pihak didalamnya.
Inisiatif-inisatif ini juga mendapat dukungan dari aktivis lingkungan terkenal, David Attenborough, yang menekankan pentingnya negara-negara maju dalam melindungi lingkungan.
Pertemuan tersebut merupakan net-zero G7 yang pertama, dengan semua negara telah berkomitmen untuk mencapai emisi nol bersih paling lambat pada tahun 2050 dengan target pengurangan ambisius pada tahun 2020-an. G7 batu loncatan penting dalam perjalanan menuju COP26, yang akan diselenggarakan Inggris di Glasgow pada November mendatang.
Sumber : liputan6.com