Beranda / Feature / Burung Niu Sangihe Yang Terancam Punah Karena Ekplorasi Oleh PT TMS

Burung Niu Sangihe Yang Terancam Punah Karena Ekplorasi Oleh PT TMS

Kamis, 17 Juni 2021 15:30 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : fatur

Burung Niu (Seriwang sangihe/Eutrichomyias rowleyi) [Dok. regional.kompas.com]


Indonesia adalah negara yang memiliki banyak sekali keindahan alam yang luar biasa. Keindahan ini tak bisa diukur dalam sebuah untai-untai tulisan. Dari gugusan pulau di Pertiwi, ada kepulauan Sangihe yang memiliki keindahan alam, satwa-satwa endemik dan langka, keragaman budaya, dan kekayaan alam yang luar biasa.

Kabupaten Kepulauan Sangihe merupakan kawasan biogeografi dan terletak di antara pulau Sulawesi dengan Pulau Mindanao, Filipina serta berada di bibir samudera Pasifik. Letak kepulauan ini cukup strategis, jika melihat di peta Indonesia dan Luas dari Kepulauan Sangihe ini mencapai 736,98 km².


Letak Kabupaten Kepulauan Sangihe [Dok. Wikipedia.com]

Kekayaan alam yang membentang hijau, laut yang biru dan biota laut berlimpah, dan sumber daya alam, logam dan mineral di Sangihe membuat masyarakat cukup merasa damai dengan keindahannya, sejuk serta-merta circak suara burung selalu menemani masyarakat Sangihe.

Bahasa Sangir biasa juga disebut bahasa Sangihé yang digunakan oleh etnis Sangihe di Sulawesi Utara. Adat istiadat dalam berbicara disana juga terus dipertahankan oleh masyarakat Sangihe.

Ada satu hal yang cukup menarik perhatian dari indahnya Sangihe yaitu satwa langka yang sempat dinyatakan punah 1 abad yang lalu. Satwa langka tersebut bernama Burung Niu (Seriwang sangihe/ Eutrichomyias rowleyi).


Burung Niu (Seriwang sangihe/Eutrichomyias rowleyi) [Dok. orientalbirdimages.org]

Jauh sebelumnya, burung ini telah ditulis keberadaannya oleh naturalis berkebangsaan Jerman, AB Meyer pada tahun 1873 dicatat keberadaannya oleh John Riley dan James C Wardill dari University of York dan Universitas of Leeds, Inggris yang dikutip dari sampaijauh.com.

Ditahun 1998, warga lokal Sangihe yang bernama Anius Dadoali, atau biasa dipanggil Bu Niu berhasil menemukan burung Niu di gunung Sahedaruman, bagian selatan dari pulau Sangihe. Dunia dikejutkan olehnya, burung langka ini sudah dinyatakan punah namun ditemukan kembali olehnya, Bu Niu kini menjadi orang penting di dunia perburungan.


Pemandu Hutan dan Penemu Burung Niu Sangihe, Anius Daodali [Dok. cnnindonesia.com]

Kenapa Burung Seriwang Sangihe itu disebut dengan burung Niu? Berdasarkan aturan dalam dunia penelitian, sesuatu hal yang ditemukan oleh penemunya maka akan dinamakan sesuai dengan nama penemunya. Burung Seriwang Sangihe kini dikenal dengan Burung Niu sesuai dengan nama penemunya Anius Dadoali atau Bu Niu (‘Bu’ panggilan untuk orang tua pria yang ada di Sangihe).

Dilansir dari sampaijauh.com, masyarakat Sangihe menyebut Burung Niu dengan nama Manu’ Niu yang biasa berterbangan di hutan Sangihe di ketinggian 450-750 meter diatas permukaan laut (mdpl). Burung Sangihe memiliki warna khas sendiri dengan warna biru dan memiliki dada berwarna putih. Ketika di usia muda, burung niu identik dengan ekor pendek berwarna abu-abu.

Namun keberadaan burung Niu kini masuk dalam status kritis dan terancam punah kembali karena izin pertambangan PT Tambang Mas Sangihe (TMS), dikutip dari mongabay.com burung Niu diperkirakan populasinya kurang lebih tinggal 150 ekor.

Eksploitasi yang dilakukan oleh PT TMS ini berpotensi ‘menghancurkan’ hutan tempat Burung Niu ini berteduh. Eksploitasi ini diketahui mengambil setengah dari pulau Sangihe yang luasnya 42.000 hektar.

Mengutip dari cnnindonesia.com, izin tambang yang disetujui oleh kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) kepada PT TMS tidak mengikuti ketentuan yang berlaku dan telah melanggar aturan yang ada yang berunjuk pada Aturan UU Nomor 1 Tahun 2014 tentang pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil.

Kontrak eksploitasi ini disetujui oleh Mentri ESDM dengan kontrak eksploitasi selama 33 tahun kedepan. Tidak hanya itu saja jika eksploitasi ini dilakukan selama 33 tahun kedepan, bisa dibayangkan semua keindahan alam, air bersih sumber mutiara kehidupan manusia, satwa-satwa endemik, laut yang biru dan biota lautnya akan rusak karena limbah pabrik.

Hutan hijau penyumbang oksigen akan hilang dan digantikan dengan kepulan asap pabrik, semua keindahan yang ada kepulauan sangihe hilang.

Burung Niu yang kini menjadi salah satu daya tarik pulau Sangihe dan sudah menjadi ikon Sangihe, punah dan menjadi sebuah kesedihan bagi dunia perburung di seluruh dunia. Tidak hanya burung Niu saja yang terancam punah, setidaknya akan ada sekitar 9 jenis burung endemik yang hidup di gunung Sahendaruman, Kepulauan Sangihe juga akan terancam punah dan termasuk 4 jenis berstatus kritis dan 5 termasuk rentan.

Sangat disayangkan keindahan dari Kepulauan Sangihe rusak dan satwa-satwa langka yang hidup damai di sana ini punah sepenuhnya. Masyarakat Sangihe sampai saat ini terus menolak atas izin eksploitasi ini.


Penulis : Alfatur Rizky / Dialeksis.com

Keyword:


Editor :
Alfatur

riset-JSI
Komentar Anda