Beranda / Opini / Sanger, Sebuah Kesepahaman Sosial

Sanger, Sebuah Kesepahaman Sosial

Kamis, 29 Juli 2021 13:00 WIB

Font: Ukuran: - +


Dulu ditahun 90 an hingga tahun 1999 dikawasan rex Peunayong, kawasan Jambo Tape tepatnya dijalan T.Nyak Arief samping dan depan Polresta Banda Aceh (kini sat Brimob) serta dijalan T.Hasan Dek tepatnya depan nasi goreng Desember dan cafe Niagara, kawasan simpang Prada dan simpang Galon Darussalam dan tentunya disejumlah kawasan lainnya, saban sore pedagang warung kopi akan menyusun rapi kursi santai dihalaman kedainya, kursi santai dengan tingi 60 cm, alas duduk yang lebih luas dan sandaran yang miring sedikit dengan tempat lengan dikiri kanan, kursi santai dengan ukuran rendah ini sangat memanjakan dan cocok sekali bagi mereka yg berperut buncit "bueng" akan sangat nyaman duduk menghempaskan tubuh dipelukan kursi santai ini.

Jika dibandingkan dengan kursi cafe bergaya urban hari ini, dengan bahan besi holo, beralas kayu, atau jenis kursi cafe lainnya yang condong dengan posisi tagak dan tinggi, saya lebih menikmati duduk dikursi santai berbahan pelasatik, walau kini sudah sangat jarang cafe atau warung kopi menyediakannya.

Dikursi-kursi santai itu dulu anak muda Banda Aceh yang umumnya mahasiswa menghabiskan waktu dari sore hari hingga malam, bercengkrama dengan berbagai cerita dan canda guraunya, tanpa terganggu dengan kesibukan menerima dan menjawab panggilan dari telphon seluler atau berinteraksi dalam berbagai media sosial. 

Ditahun 90 an, menu minuman khas anak muda apa lagi yang berstatus anak rantau tentulah akan mencari menu murah meriah, nikmat dan terjangkau, pilihan yang tepat adalah kopi pancung. kopi pancung adalah kopi saring khas aceh, namun tidak penuh terisi dalam satu gelas kecil duralex putih, jika diukur sekitar 50 ml, mungkin karena tidak penuh segelas makanya dinamai "pancung" yang berarti setengah.

Memasuki tahun 2000, saya sering diajak oleh abang letting dan para senior ngopi kekawasan Ule Kareng, kala itu sebuah menu baru jadi trend dan favorit anak muda dan Mahasiswa masa itu, namanya "Sanger" kopi hitam dengan sedikit tambahan susu kental manis dan sedikit gula pasir. Ada juga yang tanpa menambahkan gula hanya kopi dan susu kental manis saja. namun perbedaan mencolok dari Sanger dan kopi susu adalah pada ta?aran susunya, kalau kopi susu takarannya lebih banyak, dan dari sinilah bermula sanger itu muncul, sebuah permintaan dari pelanggan yang ingin minum kopi susu tapi karena harganya mahal maka susunya sedikit saja, sekadar merubah warna hitam pekatnya kopi menjadi coklat muda, dan menjadikan rasa yang tidak terlalu pahit.

Antara permintaan pelanggan dan servis yang diberikan oleh penyaji kopi, muncullah kata sanger dari kepanjangan "sama-sama ngerti". meskipun saya pernah membaca ada yang mengakui dirinya sebagai penemu sanger dan dia menyebut dirinya bapak sanger, saya tetap berkeyakinan sanger ini sebuah menu baru yang lahir dari dan atas hubungan pelanggan dan penyaji.

Saat ini warung kopi banyak berubah, hadirnya cafe-cafe bergaya modern dengan corak baru perlahan menggusur kursi-kursi santai dihalaman warung kopi, belum lagi cara menikmati kopi kini perlahan berganti dengan sajian menu dengan menggunakan mesin coffeemaker. Menu-menu yang dulunya hanya ada di cafe starbucks, excelso dan the coffee bean kini dengan mudah kita beli di cafe-cafe baru bahkan dipinggir jalan. 

Kita kemudian mulai akrab dengan espresso, black, americano, coffee latte, capocino dan menu kopi kekinian dengan campuran freshmilk/UHT ditambah sirup perasa semisal vanila, caramel, hazelnut, tiramisu dll.

Namun ada yang tidak berubah, dari sederet nama menu kopi dengan berbahasa asing, tetap ada dan exsis menu dengan nama "sanger" sanger tetap menjadi menu favorit diberbagai cafe. Penyajiannya tetap sama meski kopinya tidak lagi kopi saring karena sudah memakai mesin, kopi sanger tetap kopi dengan tambahan sedikit susu. walau kini sudah ada varian baru dari sanger seperti sanger espresso, ice sanger bland dan lain-lain, sanger tetapalah racikan kopi dengan tambahan sedikit susu kental manis.

Menurut hemat saya sanger adalah sebuah perwujudan dari kesepakatan dan kesefahaman sosial yang tumbuh dimasyarakat. Kesepakatan dan kesefahaman sosial akan berkembang dan abadi tanpa harus ditopang dengan aturan-aturan tertulis, tanpa harus dirumuskan dengan qanun-qanun yang banyak memakan waktu dan biaya untuk memproduknya, tanpa harus ada razia, penertiban bahkan kekerasan dalam penegakannya.

Saya yakin bahwa kita bisa menumbuhkan masyarakat yang "sanger" (sama-sama ngerti) dalam interaksi sosial kita, sehingga terlepaslah segala ego pribadi dan kelompok serta kepentingan, karena ada hak orang lain yang harus dijaga dan dihormati. Mari merubah yang hitam dengan sedikit memberi warna putih agar menjadi warna coklat yang indah, bukan memaksakan hitam harus menjadi putih.

Saat ini kopi sanger tidak hanya dikenal dan tersaji di Aceh. jika kita ke Medan bahkan ke Jakarta, di cafe-cafe sudah banyak yang menyediakan menu minuman sanger khas dari Aceh. Alangkah bahagia dan membanggakan jika banyak lagi kesefahaman sosial dalam wujud etika dan perilaku kita hadirkan dari Aceh dan kita tularkan keseluruh penjuru negeri sebagaimana sanger yang hadir atas kesepahaman bersama.

Penulis adalah: Win Singkite

Keyword:


Editor :
M. Agam Khalilullah

riset-JSI
Komentar Anda