kip lhok
Beranda / Opini / Anomali Politik Aceh: Menafsir kunjungan Anis Baswedan ke Aceh

Anomali Politik Aceh: Menafsir kunjungan Anis Baswedan ke Aceh

Kamis, 01 Desember 2022 10:30 WIB

Font: Ukuran: - +

T. Muhammad Jafar Sulaiman, MA, Direktur Philo Sufi Institute, Pengajar Filsafat politik. [Foto: Istimewa]


T. Muhammad Jafar Sulaiman, MA

(Direktur Philo Sufi Institute, Pengajar Filsafat politik)


Aceh adalah anomali bagi politik Indonesia, narasi keramatnya adalah siapapun calon presiden yang menang di Aceh, pasti kalah di Nasional. Dalam kompetisi politik, Aceh dengan segala “Superiority Complex”nya selalu akan beda dengan Jakarta, apalagi dengan balutan politik identitas. 

Adagium ini sudah dibuktikan Aceh pada pilpres 2014 dan pilpres 2019, didua pilpres ini Prabowo menang di Aceh. Pilpres 2014 prabowo menang 54, 39 persen dan Jokowi kalah 45,61 persen dengan selisih hanya 8 persen. Sedangkan di pilpres 2019, Prabowo menang mutlak dengan jumlah 2.400.746 suara dan Jokowi hanya meraih 404.188 suara, namun apa yang terjadi ?, Prabowo kalah di Nasional.

Setelah pembuktian dua anomali ini, Anies, akan berkunjung ke Aceh pada 2 -3 Desember sebagai calon presiden yang baru punya 10,26 persen suara kursi parlemen (belum memenuhi syarat). Kunjungan politik ini, dilakukan Anis persis 7 hari setelah Jusuf Kalla mengucapkan tanda Anis sebagai presiden selanjutnya dari gerbong KAHMI. 

Kata -kata itu diucapkan JK di Gala Dinner KAHMI, 24 November di Palu , di acara itu anis ibarat Presiden yang hadir di sebuah acara. Semua tahu bahwa Anies adalah anak didik JK dan JK berada di belakang Anies, sosok JK adalah sosok yang lekat dengan Aceh, relasi ini tentu relasi paling ampuh untuk menundukkan hati orang Aceh.

Selanjutnya »     Atas kunjungan ini, pertanyaan kongkritn...
Halaman: 1 2 3 4 5 6
Keyword:


Editor :
Alfatur

riset-JSI
Komentar Anda