Anomali Politik Aceh: Menafsir kunjungan Anis Baswedan ke Aceh
Font: Ukuran: - +
T. Muhammad Jafar Sulaiman, MA, Direktur Philo Sufi Institute, Pengajar Filsafat politik. [Foto: Istimewa]
Kepentingan ini harus diambil oleh publik Aceh dari elit partai politik, baik partai politik lokal, maupun nasional. Bagaimana cara mengambilnya, semua calon presiden harus datang ke Aceh, datang membawa diri mereka sendiri, tanpa embel - embel parpol, mereka datang ketika sudah memenuhi syarat sebagai calon presiden, lalu mereka mengucapkan keberpihakan mereka kepada seluruh rakyat Aceh bahwa mereka berpihak kepada segala Superioritas yang dipunyai Aceh dan semuanya akan diarahkan untuk mensejahterakan rakyat Aceh dan publik menjadi pengontrol dan penagih dari keberpihakan yang diucapkan itu.
Pasca damai, sudah dua kali pilpres, namun nasib Aceh masih seperti hari ini, tidak beranjak dari segala kemiskinannya. Lantas apakah Aceh harus selalu ingin tampil beda dengan Jakarta (nasional) dalam hal pilpres ?, seharusnya, siapapun yang menang di Aceh, juga menang di Nasional, sehingga semuanya sinkron. Namun, bicara apapun, analisa secanggih apapun, ada satu faktor yang menentukan dalam politik, yang tidak akan bisa terpantau yaitu “beyond” (invisible hand), politik saat ini masih terlalu dini, semuanya masih asumsi berdasarkan data dan fakta yang ada, namun konteks sebenarnya akan terbaca di 2023, terutama setelah maret 2023. []
- Antisipasi Stagnasi Jalur Transportasi Saat Bencana, Dishub Aceh Gelar Rakor Forum LLAJ
- Pemerintah Aceh Raih Juara Satu Stand Terbaik Pada Peringatan Hakordia di Sumut
- Samsat Subulussalam Dapat Penghargaan dari Jasa Raharja Aceh
- Peserta Seleksi Sekolah Polri Tamtama ke Bintara Ikut Tes Kesamaptaan Jasmani