Sempat Menolak Anaknya Dirawat, Kini Balita Gizi Buruk Asal Pijay Mulai Ditangani di RSUDZA
Font: Ukuran: - +
Kepala Dinas Kesehatan Aceh, dr. Hanif. [Foto: Humas Aceh]
DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Kepala Dinas Kesehatan Aceh, dr. Hanif, mengatakan, ibu dari balita asal Pidie Jaya (Pijay), yang menderita gizi buruk, akhirnya merestui anaknya di rawat di rumah sakit. Kini, balita berinisial BM telah dirujuk dan dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin (RSUDZA) Banda Aceh.
Sebelumnya, seperti dilaporkan Kepala Puskesmas Ulim Pidie Jaya, sang ibu menolak anaknya dirawat di rumah sakit dengan alasan keterbatasan ekonomi dan anggapan bahwa penyakit yang dialami oleh anaknya tidak terlalu serius. Oleh ibu, BM hanya dibawa rawat jalan saja, dan dibarengi dengan pengobatan alternatif.
“Tim Puskesmas Ulim juga terus mengedukasi dan melakukan pemantauan, memberikan PMT, biskuit dan susu,” kata dr. Hanif, dalam keterangannya di Banda Aceh, Rabu (16/02/2022).
Sebelum melahirkan, SM merupakan kategori Ibu Hamil dengan Risiko Tinggi, karena telah berusia 36 tahun dengan Riwayat hipertensi. Bayi laki-lakinya lahir pada tanggal 27 Oktober 2019 dengan berat badan 2.900 gram, Panjang badan 48 centimeter, di PMB Sri Mulyani Ulee Gle Kabupaten Pidie Jaya.
BM juga mendapatkan imunisasi HBO setelah lahir dan mendapatkan imunisasi BCG saat berusia 3 bulan. Sementara imunisasi DPT tidak bisa dilanjutkan lagi karena berat badan kurang. Sampai anak berusia 6 bulan, pertumbuhan BM masih normal dan bayi diberikan ASI Eksklusif. Baru pada usia 7 bulan, berat badan mulai menurun, usai dilakukan pemantauan di Posyandu. Bidan desa kemudian melaporkan hal tersebut kepada Tenaga Gizi Puskesmas Ulim dan Tim Gizi berkolaborasi dengan dokter dan kepala Puskesmas.
Puskesmas Ulim kemudian merujuk BM ke RSUD Pidie Jaya, dan balita tersebut ditangani oleh dokter spesialis anak dengan diagnosa Specifik Developmental disorder of motor function. Dokter menganjurkan fisioterapi, namun setelah beberapa kali dilakukan fisioterapi juga tidak ada perkembangan pada pertumbuhan BM.
Dokter kemudian menganjurkan rawat inap kepada orang tua BM, namun keluarga menolak untuk dirawat dengan alasan keterbatasan ekonomi dan anggapan dari si ibu penyakit yang dialami oleh anaknya tidak terlalu serius. Ibu bocah itu juga lebih mementingkan pekerjaan lainnya walaupun sudah diberikan pemahaman oleh pihak Puskesmas Ulim.
BM kemudian hanya dilakukan rawat jalan sembari terus dipantau perkembangannya oleh tim dari Puskesmas Ulim. Tim Gizi Puskesmas Ulim juga telah melapor ke Dinas Kesehatan (SIE Gizi KIA) dan mereka telah melakukan kunjungan pada Agustus 2020 ke rumah balita tersebut.
Memasuki tahun 2021, kondisi balita tersebut semakin menurun dan pertumbuhannya tidak berkembang. Pihak Puskesmas Ulim kembali menganjurkan agar pasien untuk rawat inap. Namun dilaporkan bahwa ibunya tetap menolak dirawat dan memilih mencari pengobatan alternatif.
Dari hasil pemantauan dan penimbangan di Posyandu pada akhir tahun 2021 dan awal 2022, kondisi BM juga tidak membaik. Keadaan terkini BM adalah Anemia, muka nampak sangat pucat disertai demam. Dokter Puskesmas Ulim menganjurkan bayi untuk dirujuk agar mendapatkan perawatan lanjutan, namun keluarga bersekiras menolak karena alasan ekonomi.
Tim Gizi dan Bidan Koordinator kemudian melaporkan kepada Kepala Puskesmas dan dokter untuk mengecek langsung ke rumah pasien. Diketahui kemudian jika kondisi pasien sudah semakin memburuk dengan keadaan batuk dan menggigil (Hipotermi).
“Puskesmas Ulim juga memberikan tenggang waktu satu kali 24 jam untuk merembuk dengan keluarga dan biaya ditanggung pihak Puskesmas Ulim,” kata dr. Hanif. Pihak Puskesmas Ulim juga berkoordinasi dengan keuchik asal Desa pasien dan Camat Ulim, untuk proses penanganan lebih lanjut kepada anak tersebut.
Pada hari Kamis 10 Februari 2022, jam 10 pagi, Bidan Koordinator kembali menghubungi ibu bayi, namun masih belum ada keputusan dan sang ibu masih menolak bayinya untuk dirujuk. Pada siang harinya Bidan kembali menghubungi ibu BM untuk siap-siap berangkat namun lagi-lagi ibunya masih menolak dan menjanjikan bahwa beliau bersedia dirujuk pada hari Senin ke RSUDZA.
Namun Kepala Puskesmas Ulim bersikeras dan menegaskan pihaknya akan membawa bocah itu pada hari Kamis, itu juga. Pihak Puskesmas juga sudah siap mendampinginya. Alhasil pada pukul 14:30 siang, pihak Puskesmas menjemput pasien untuk segera diberangkatkan ke RSUDZA dan tiba di IGD jam enam sore. [HA]