Representasi Perempuan di Parlemen Tak Kunjung Capai 30 Persen, Ini Kata Wakil DPW NasDem Aceh
Font: Ukuran: - +
Reporter : Akhyar
Wakil Ketua Bidang Perempuan dan Anak DPW Partai NasDem Aceh, Fevi Desy Noliza. [Foto: Ist]
DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Wakil Ketua Bidang Perempuan dan Anak DPW Partai NasDem Aceh, Fevi Desy Noliza menyatakan, perempuan sudah sewajarnya terjun ke dunia politik karena di kehidupan sosial bermasyarakat banyak sekali aspirasi-aspirasi perempuan yang perlu dijembatani.
Menurutnya, kehadiran perempuan di parlemen sangat dibutuhkan karena jika perempuan tidak ada maka jembatan kepentingan perempuan tidak bisa diperjuangkan.
“Dengan ikut politik, perempuan bisa memperjuangkan hak-hak yang mereka inginkan. Sementara kalau perempuan tidak ikut ke dalam politik, bagaimana hak-hak mereka bisa disalurkan secara utuh,” ujar Fevi Desy Noliza kepada reporter Dialeksis.com, Banda Aceh, Selasa (10/1/2023).
Representasi Perempuan di Parlemen Tak Kunjung Capai 30 Persen
Di Indonesia sudah ada kebijakan afirmasi atau kuota 30 persen untuk perempuan. Hanya saja representasi perempuan di parlemen jumlahnya masih sedikit sekali.
Semisal pada Pemilu 2019, jumlah keterwakilan perempuan di parlemen DPR Aceh hanya delapan orang dari 81 kursi atau tingkat keterwakilannya hanya 11 persen.
Begitu juga di beberapa daerah lainnya semisal di Pidie 17,5 persen, Langsa dan Lhokseumawe yang sama-sama 16 persen, Banda Aceh 13 persen, dan sebagainya. Kecuali di Aceh Tamiang yang memang jumlahnya cukup tinggi, yaitu berada di angka 36,6 persen.
Menanggapi hal tersebut, Fevi Desy Noliza menyatakan, kandidat Pemilu dari kalangan perempuan harus mampu meningkakan kompetensi diri, harus bisa menawarkan nilai lebih dari sisi perempuannya sebagai calon legislatif.
“Saya rasa semua perempuan itu harus meningkatkan kualitas dirinya, menunjukkan kemampuannya, dan menunjukkan kinerja yang baik. Mampu menciptakan kepercayaan yang besar, sehingga nantinya mereka layak dijadikan sebagai pilihan rakyat,” jelasnya.
Fevi menduga bahwa mungkin saja selama ini keterwakilan perempuan tidak bisa tercapai 30 persen di parlemen disebabkan karena masih adanya sentimen buruk terhadap politisi-politisi perempuan.
“Untuk secara keseluruhan dan umumnya di Indonesia itu masih ada pemikiran, oh, kalau perempuan pekerjaannya tidak di politik, perempuan pekerjaannya mengurusi keluarga. Di Aceh kadang-kadang ada statement yang mengatakan bahwa pemimpin itu tidak boleh perempuan. Padahal kalau kita mau mengacu lagi, bukan tidak boleh perempuan jadi pemimpin,” kata dia.
Oleh sebab itu, Fevi mengajak masyarakat Aceh, khususnya perempuan untuk terus meningkatkan kesadaran berpolitik. Perempuan diajak untuk melek politik.
“Perempuan juga harus punya visi dan misi ketika mereka terjun ke dunia politik. Saya pikir, dasar-dasar kita terjun ke satu tempat itu harus paham dulu mengapa kita terjun ke situ,” ungkapnya.
Wakil Ketua DPW Partai NasDem Aceh ini juga berharap pada periode Pemilu 2024 ke depan setidaknya keterwakilan kalangan perempuan bisa mencapai kuota 30 persen di parlemen.
Menurutnya, tugas ini bukan hanya dari Partai NasDem saja, tetapi juga melingkupi semua partai yang ada untuk benar-benar menyaring perempuan yang maju ke politik mempunyai kualitas yang baik untuk dijadikan perwakilan dari masyarakat.
“Akan lebih banyak perempuan yang bisa terpilih, saya rasa bisa mengaspirasikan banyak hak-hak perempuan secara lebih luas,” pungkasnya.(Akh)