Beranda / Berita / Aceh / Kepala BPKP Aceh Jelaskan Cara Deteksi Dugaan Korupsi Pakai Metode FCP

Kepala BPKP Aceh Jelaskan Cara Deteksi Dugaan Korupsi Pakai Metode FCP

Minggu, 24 April 2022 14:30 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Nora

Foto: Ist


DIALEKSIS.COM | Aceh - Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Perwakilan Aceh, Indra Khaira Jaya menjelaskan cara mendeteksi terjadinya kasus-kasus dugaan korupsi dengan metode Fraud Control Plan (FCP). 

Fraud Control Plan (FCP) sendiri merupakan suatu program yang dirancang untuk melindungi organisasi dari kemungkinan kejadian fraud, atau suatu pengembangan pengendalian yang dirancang secara spesifik untuk mencegah, mendeteksi, dan merespon kejadian berindikasi fraud atau korupsi.

“FCP menjadi pengendalian resiko korupsi, FCP dipetakan dengan alatnya sendiri terus melakukan dengan FGD, selanjutnya membagikan kuesioner kepada semua yang terkait,” jelasnya saat dihubungi Dialeksis.com, Minggu (24/4/2022).

Dari hasil itu, kata Indra, pihaknya memetakan berapa tinggi resiko fraudnya supaya bisa menjadi dasar manajemen mengambil langkah-langkah untuk mencegah jangan sampai fraud itu menjadi terbukti dan terjadi di lapangan. 

Indra menyampaikan pesan bijaknya kepada  para pejabat sebagai penerima amanah harus berakuntabilitas, artinya bisa bertanggung jawab terhadap yang dilakukannya. Berintegritas tidak boleh menyimpangi ketentuan-ketentuan yang berlaku, baik SOP atau persyaratan yang sudah ditetapkan.  

“Kalau seandainya seorang pimpinan diberi amanah apalagi kepada instansi yang memiliki anggaran besar, maka kasus-kasus mark up, pungli, duplikasi itu akan terhindari atau tidak terjadi,” terangnya.  

Tetapi, lanjutnya, jika pimpinan tidak amanah, tidak mau mengikuti aturan sehingga pasti akan memunculkan apa yang tidak diharapkan yaitu terjadi korupsi. 

Kalau penyimpangan itu tidak dikelola dengan baik pasti dia akan berujung menjadi persoalan hukum. Ia menegaskan pemimpin itu harus cerdas di zaman sekarang mereka tidak akan mampu menutup kebohongan sampai ke ujungnya karena jejak digital tidak akan pernah hilang. 

“Kita harapkan mereka bisa berpikir seperti itu, karena kasian nanti pada saat mereka sudah tidak mempunyai kekuatan fisik dan terus persoalan itu terungkap disaat itu kan kasian,” pungkasnya.

Keyword:


Editor :
Redaksi

Berita Terkait
    riset-JSI
    Komentar Anda