BPPA Pulangkan Tiga Warga Aceh Kurang Mampu Dari Jakarta
Font: Ukuran: - +
Kasubbid Hubungan Antar Lembaga dan Masyarakat, Cut Putri Alyanur bersama dua warga Aceh sebelum dipulangkan di depan Kantor BPPA, Jakarta Pusat, Selasa, 22 Maret 2022. [Foto: Istimewa]
DIALEKSIS.COM | Jakarta - Pemerintah Aceh melalui Badan Penghubung Pemerintah Aceh (BPPA) memfasilitasi pemulangan tiga warga Aceh kurang mampu dari Jakarta.
Berdasarkan rilis yang diterima Dialeksis.com, Selasa (22/3/2022), Ketiganya yakni Huda (25) merupakan warga Peudawa, kecamatan Idi Rayeuk, Aceh Timur, Nanda (25) berasal dari Kuta Blang, Bireuen, dan Bustami (42) warga Lapang, Lhoksukon, Aceh Utara. Mereka dipulangkan lewat jalan darat dengan menumpangi bus Putra Pelangi, melalui terminal bus Pulo Gebang, Jakarta Timur, Selasa, 22 Maret 2022.
“Mereka diperkirakan akan tiba di Aceh sekitar lima hari kedepan. Semoga selamat sampai tujuan,” kata Kepala Badan Penghubung Pemerintah Aceh (BPPA) Almuniza Kamal S.STP, M.Si, didampingi Kasubbid Hubungan Antar Lembaga dan Masyarakat, Cut Putri Alyanur.
Almuniza mengatakan, pemulangan tiga warga Aceh yang berbeda kabupaten ini atas permintaan ketiga masyarakat tersebut. Mereka mengaku sudah beberapa waktu tidak lagi bekerja, sehingga harus pulang ke kampung halaman.
"Kita hanya memfasilitasi tiket bus hingga ke Aceh," katanya.
Almuniza menambahkan, pemulangan masyarakat Aceh kurang mampu di wilayah Jabodetabek dan sekitarnya merupakan amanah dari Gubernur Aceh Nova Iriansyah.
"Itu yang selalu kita lakukan membantu warga Aceh di perantauan terutama yang kurang mampu, seperti yang mereka alami dipulangkan dari Jakarta," ujarnya.
Sementara itu, salah satu warga Aceh Huda mengaku dirinya merantau ke Jakarta sejak lima tahun yang lalu dan bekerja serabutan.
"Pertama ke sini sempat bekerja di toko kelontong milik orang Aceh di daerah Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Kemudian saya berjualan mie Aceh dengan modal sendiri di daerah Parung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat," sebutnya.
Ia menyebutkan, warung mie Aceh yang dibukanya itu sepi dari pembeli dan terpaksa harus gulung tikar. Apalagi selama masa pandemi Covid-19. "Sekarang susah pembelinya. Jadi modal saya habis sehingga tidak bisa berjualan lagi," katanya.
Huda menambahkan, dalam dua bulan terakhir ini ia tinggal di kost bersama Nanda. Mereka bersama-sama hanya bertahan hidup sebisa mungkin sambil mencari pekerjaan lainnya.
Hal senada juga disampaikan Nanda. Nanda yang merantau ke Ibukota sejak tiga tahun yang lalu itu Sempat berjualan bersama Huda di Parung. "Sekarang kami berdua sama-sama tidak memiliki pekerjaan lagi," ujarnya.
Sementara, Bustami juga mengalami hal serupa dengan Huda dan Nanda. Bustami yang merantau ke Ibukota Jakarta dua bulan lalu harus puas dengan hasil yang tidak sesuai dengan keinginannya.
"Baru sekitar dua bulan yang lalu sampai di Jakarta dengan menumpangi mobil kawan. Berharap bisa menafkahi keluarga di kampung, namun hanya bisa bekerja beberapa hari saja" kata dia.
Bustami yang profesinya juga berjualan mie Aceh di sekitar Kramat Pulo, Jakarta Pusat.
"Saya bantu jualan mie Aceh, yang tempat dan modalnya dari kawan. Jualannya hanya menggunakan gerobak di kawasan Kramat Pulo, Jakarta Pusat. Tapi hanya beberapa hari jualan terpaksa ditutup, karena tidak balik modal," katanya.
Bustami juga sempat menunggu dan mencari pekerjaan lain, namun keberuntungan belum memihak padanya. Malah Bustami ketiban sial beberapa waktu lalu. Ponselnya raib ketika dia tertidur pulas di kios milik kawannya.
Dengan pemulangan ini, ketiganya menyampaikan terima kasih kepada Pemerintah Aceh, khususnya Badan Penghubung Pemerintah Aceh. []