APBN 2025, DPD RI Aceh Soroti Anggaran Pendidikan dan Minta Dana Desa Ditingkatkan
Font: Ukuran: - +
Anggota Komite IV DPD RI asal Aceh, H. Sudirman. Foto: Mc Aceh
DIALEKSIS.COM | Jakarta - Anggota Komite IV DPD RI asal Aceh, H. Sudirman menyampaikan sejumlah poin pandangan sebagai bahan pertimbangan atas RUU APBN 2025 dalam Rapat pleno Komite IV DPD RI bersama Pusat Kajian Daerah dan Anggaran (Puskadaran) Sekretariat Jenderal DPD RI.
Rapat Pleno dengan agenda formulasi masukan guna menjadi pertimbangan DPD RI atas RUU APBN 2025 itu dilaksanakan di Gedung DPD RI, Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Selasa (20/8/2024).
Setidaknya ada 3 poin utama yang disampaikan oleh senator yang akrab disapa Haji Uma ini, yaitu terkait mandatory spending alokasi anggaran pendidikan serta alokasi dana desa dan dana transfer ke daerah (TKD).
Terkait rencana alokasi anggaran pendidikan Rp722,6 triliun, termasuk anggaran untuk Program Makan Bergizi Gratis Rp71 triliun.
Ia menilai mestinya program tersebut tidak menganggu alokasi 20 persen APBN untuk anggaran pendidikan sesuai Pasal 31 ayat (4) dan Pasal 49 UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. “Mestinya anggaran Program Makan Bergizi Gratis tidak menganggu 20 persen anggaran pendidikan dalam ABPN, mengingat masih banyak masalah pendidikan yang harus ditangani untuk mengurangi ketimpangan infrastruktur dan kelengkapan sarana pendidikan di daerah pedesaan " ujarnya.
Sementara terkait dana Transfer ke Daerah dan Dana Desa, Haji Uma dalam pandangannya meminta agar alokasi anggaran keduanya perlu dipertimbangkan untuk ditingkatkan.
Menurutnya, meningkatnya APBN dari Rp3335,1 triliun pada 2024 menjadi Rp3.613,1 triliun dalam RAPBN 2025, jumlah dana TKD juga harus meningkat. Dalam RAPBN, dana TKD naik sebesar 7,3 persen.
Ia juga berharap tidak ada perubahan. Bahkan mestinya bertambah untuk pemerataan dan peningkatan kualitas layanan publik di daerah.
Sedangkan terkait dana desa yang hanya bertambah 0,2 persen dari Rp70.85 triliun di 2024 menjadi Rp71 triliun dalam RAPBN 2025, ia menilai angka kenaikan perlu dikaji untuk penambahan. Mengingat dengan bertambahnya jumlah populasi terutama usia produktif saat ini, mestinya dana desa juga lebih ditingkatkan dengan arah kebijakan tetap peningkatan tata kelola dan kinerja pelaksanaannya.
“Bertambahnya populasi usia produktif mestinya postur alokasi dana desa juga bertambah, memang bertambah Rp142 miliar, tapi angka tersebut perlu dikaji untuk penyesuaian dengan bonus demografi saat ini,” tutupnya.