Beranda / Opini / Ibadah Haji dan Pengabdian Untuk Negeri, Sebuah Keteladanan dari Gus Menteri

Ibadah Haji dan Pengabdian Untuk Negeri, Sebuah Keteladanan dari Gus Menteri

Kamis, 06 Juli 2023 20:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Penulis :
Prof Mujiburrahman

Prof. Dr. Mujiburrahman, M. Ag, Rektor Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh. [Foto: Ist.]


DIALEKSIS.COM | Opini - Carut marut pelaksanaan ibadah haji tahun 2023/1444 H dalam hal layanan kepada jamaah haji Indonesia terjadi dalam puncak pelaksanaan ibadah haji di Arafah dan Mina. Layanan jamaah haji Indonesia yang mengalami kesulitan untuk akses penjemputan, akomodasi, keterlambatan makanan hingga masalah kesulitan bersuci. 

Problematika layanan ibadah haji yang kurang optimal ini, langsung direspon oleh Menteri Agama Republik Indonesia, Yaqut Cholil Qoumas. Gus Menteri langsung meninjau lokasi penginapan jamaah haji Indonesia untuk mendengarkan langsung berbagai keluhan dan dengan sigap merespon hal tersebut untuk segera diselesaikan. Gus Menteri juga tidak sungkan untuk mengetuk pintu banyak pihak termasuk pihak Kementrian Haji Arab Saudi sehingga jumlah besaran kuota Jemaah haji Indonesia meningkat menjadi 221.000 jemaaah dari sebelumnya yang masih pada angka 100.051, sebuah peningkatan fantastis, karena melampaui angka 100 persen.

Protes keras Menteri Agama Republik Indonesia, Yaqut Cholil Qoumas tersiar dalam video singkat protes keras terhadap Mashariq Haji. Sikap Gus Menteri Agama resposif dan terukur ini patut mendapatkan apresiasi. Ketegasan dan kepedulian beliau terhadap nasib Jamaah Haji Indonesia mendapat dukungan dan pujian dari banyak pihak, khususnya dari Amirul Haj dan Jemaah haji Indonesia. Langkah Menteri Agama RI yang bersikap tegas kepada Mashariq Haji Arab Saudi untuk perbaikan sistem layanan jamaah haji Indonesia merupakan langkah tepat dalam mewujudkan kenyamanan, ketentraman dan kekhusyukan jamaah haji. Meskipun ini sudah terjadi, sikap tegas Menteri Agama dalam memastikan advokasi sistem layanan haji sangatlah penting. 

Konsistensi dan sikap Menteri Agama RI yang menolak tawaran makan makan malam dari Mashariq Haji Arab Saudi akibat masalah layanan jamaah haji Indonesia, merupakan bentuk sikap kemanusiaan dan kepedulian sosial yang seharusnya menjadi keteladanan bagi seorang pemimpin di Republik ini. Jika saja hal tersebut tidak ditangani segera dengan turun tangannya Gus Men, maka persoalan transport dan catering bisa semakin berlarut-larut dan melebar.

Dalam banyak hal, Gus Men dan jajarannya sudah menunjukkan sikap profesionalisme dalam tata kelola manajemen haji dan umrah yang mumpuni. Terlepas kompleksitas masalah, terobosan yang dilakukan dalam hal ini menunjukkan bahwa Indonesia sebagai negara muslim mayoritas di dunia patut dijadikan prioritas oleh Arab Saudi sebagai Tuan Rumah Ibadah Haji. Pujian yang berdatangan tidak boleh membuat Kementerian Agama hilang fokus untuk memberikan jaminan pelayanan terbaik kepada Jemaah haji, seru Gus Men. Sebuah pernyataan dan sekaligus tindakan yang menunjukkan bahwa Gus Men mengedepankan kepentingan ummat, kepentingan publik, dan kepentingan bangsa dan negara, di atas kepentingan individu, ego sektoral kementerian, tanpa pernah melupakan apresiasi kepada semua pihak yang punya andil dalam penyelenggaraan ibadah haji tahun ini.

Dalam berbagai kesempatan, Gus Men selalu menekankan pentingnya kebersamaan dalam bernegara karena proses dan tahapan penyelenggaran haji tidak luput dari dukungan berbagai pihak seperti Kementerian Kesehatan, BPK, DPR, DPD dan lain sebagainya. Tugas Kementerian Agama secara teknis adalah menjadi pelayan-pelayan tamu Allah secara optimal, ujar beliau. Sudah sepatutnya penyikapan demikian menjadi spirit inspiratif bagi pengelolaan ibadah haji yang jauh lebih baik ke depan. Upaya akselerasi mencari solusi taktis dan koordinasi dengan Dirjen PHU dan Mashariq akhirnya bisa diatasi dengan baik dan cepat. Permohonan maaf Menteri Haji Arab Saudi ke Indonesia dan pembentukan tim investigasi bersama atas persoalan haji yang menimpa Jemaah Indonesia tahun ini.

Tidak berhenti disitu, selain respon cepat dalam pelaksanaan ibadah haji, Gus Men juga terlihat sangat berdedikasi untuk memangkas birokrasi tatakelola haji dan memberikan layanan yang cepat dan mudah kepada para jamaah. Penyelenggaraan ibadah haji yang sarat pengakuan itu dibuktikan dengan survei indeks kepuasan jemaah haji oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Indeks kepuasan jemaah sebesar 90,45 yaitu sangat memuaskan. Untuk pertama kalinya sejak survei pertama tahun 2010, indeks kepuasan menembus angka 90 poin. Gus Men berharap prestasi dalam tata kelola birokrasi dan finansial, pelayanan publik dan komunikasi publik jauh lebih meningkat. Harapan dan cita-cita ini benar-benar terimplementasi berkat kerja keras beliau dan jajarannya dalam hal penyelenggaraan haji.

Gerak cepat dalam hal pelayanan catering makanan bagi Jemaah haji Indonesia juga ikut datang dari MPR. Gus Men bersama dengan Kementerian Perdagangan berhasil memulai satu hal yang baik, yaitu menu catering Jemaah haji 2023 berasal dari dalam negeri dan bercitarasa kuliner nusantara. Ini adalah wujud kolaborasi yang unggul, islami, nasional, dan responsif.

Unggul karena penyediaan menu catering dari Indonesia bagi Jemaah haji kita adalah bukti shahih bahwa produk kita bisa muncul dalam even terbesar umat Islam se-dunia. Islami karena kolaborasi dua tokoh Muslim Indonesia dari latar belakang yang tidak selalu harus sama. Nasionalis karena kolaborasi ini adalah kolaborasi kebangsaan, demi negara, demi rakyat Indonesia dan responsif karena inisiatif dan inovasi ini menjawab kebutuhan paling mendasar dari hak-hak Jemaah haji kita di Indonesia agar bisa lebih khusuk dan fokus melaksanakan ibadah selama di tanah suci.

Kemudian yang tidak kalah penting, Gus Men mendorong agar tata kelola ibadah haji selalu diimbangi dengan penguatan regulasi yang rapi. Sebagai warga negara yang taat hukum, Gus Men dan Kementerian Agama serta kita semua tentu menyadari bahwa payung hukum yang kuat adalah fondasi esensial dari penyelenggaran haji, khususnya dalam hal pemberian kuota haji berbasis keadilan dan prioritas daftar tunggu. 

Pertimbangan jumlah Jemaah per daerah senantiasa ditekankan berbasis prioritas umur, daftar tunggu dan lain sebagainya yang rasional. Perhitungan dan pendistribusian kuota haji yang berdasarkan jumlah penduduk beragama islam terbanyak juga selalu menjadi perhatian Gus Men dalam berbagai kesempatan. Selanjutnya penyediaan akomodasi, masyair dan layanan kesehatan Jemaah haji bagi Gus Men juga menjadi perhatian serius. Apalagi tahun 2024 ke depan adalah tahun politik, beliau sadar pelayanan terhadap urusan ummat akan menjadi perhatian banyak pihak. Bagi beliau, tidak boleh ada celah pelayanan karena persiapan sudah dilakukan lebih awal dibandingkan tahun sebelumnya sehingga antisipasi dan mitigasi memungkinkan untuk dilakukan.

Untuk itulah Gus Men menegaskan bahwa apresiasi kepada petugas haji Indonesia harusnya lebih ditingkatkan lagi. Jika ada yang mengatakan petugas haji Indonesia tidak benar, tanpa tabayyun, maka Gus Men akan menjadi pihak pertama yang mengklarifikasinya secara langsung. Jika ada yang tidak professional akan dipulangkan, sebagaimana yang sudah terjadi dalam haji tahun ini dimana hanya ada 1 petugas yang indisipliner. Gus Men juga berharap pada musim haji tahun depan, aplikasi keluhan Jemaah haji bisa rampung dan berfungsi optimal. Terobosan ini mudah-mudahan menjadi tonggak baru bagi penyelenggaraan tata kelola manajemen ibadah haji yang lebih profesional. Aplikasi ini juga dapat nantinya membantu tim monitoring dan evaluasi PPIH di Arab Saudi dalam mengorganisir aktivitas haji Jemaah.

Bagi Gus Men, semua pujian hanyalah milik Allah, milik negara dan bangsa. Manusia hanyalah pelayan para tamu Allah semata, sebuah keteladanan dari Gus Men. [**]

Penulis: Prof. Dr. Mujiburrahman, M. Ag (Rektor Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh)

Keyword:


Editor :
Redaksi

riset-JSI
Komentar Anda