Prediksi Sri Mulyani: Tahun Depan Harga Minyak Masih Tinggi
Font: Ukuran: - +
Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati. [Foto: Kemenkeu.go.id]
DIALEKSIS.COM | Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani memperkirakan era harga minyak tinggi masih berlanjut di tahun depan.
Menurunnya, harga minyak tahun depan sebenarnya sudah dibawah US$100 per barel. Namun, ia mengatakan harganya masih jauh dari normal yang sekitar US$60 per barel di tahun 2023 nanti.
Pergerakan harga tersebut sejalan dengan langkah OPEC yang menyatakan tak akan menaikkan produksi minyak di 2023, meski harga saat ini rata-ratanya bergerak di US$104,8 per dolar AS.
Selain itu, lanjutnya, ada faktor lain seperti embargo minyak Rusia akibat perang dengan Ukraina yang ikut membayangi harga minyak tahun depan.
Hal ini akan membuat stok minyak makis terbatas, sehingga harganya naik. Oleh karena itu, Kemenkeu menyusun apbn 2023 dengan asumsi harga minyak di kisaran US$80-US$100 per barel dengan titik tengah pada level US$90 per barel.
“Namun angka tersebut bisa saja berubah melihat kondisi yang akan berlangsung,” ujarnya.
Sedangkan di APBN 2022 pemerintah pada awalnya menetapkan asumsi harga minyak hanya US$63-US$64 per barel.
Kemudian, lonjakan harga minyak global membuat pemerintah merevisi asumsi minyak di tahun ini jadi US$100 per barel, dengan begitu anggaran subsidi tembus di angka Rp 500 triliun.
Dalam RAPBN 2023, pemerintah menyusun asumsi makro sebagai berikut:
- Pertumbuhan ekonomi 5,3 persen
- Inflasi 3,3 persen
- Nilai tukar Rp 14.750 per dolar AS
- Tingkat bunga SBN 10 tahun 7,9 persen
- Harga minyak US$90 per barel
- Lifting minyak 660 ribu barel per hari
- Lifting gas 1.050 ribu barel setara minyak per hari.
(CNN Indonesia)