Beranda / Gaya Hidup / Kewajiban Bersyukur

Kewajiban Bersyukur

Minggu, 29 Januari 2023 22:30 WIB

Font: Ukuran: - +


Dr Muhammad Yusran Hadi Lc MA. [Foto: Ist]


DIALEKSIS.COM - Sudah menjadi kewajiban bagi setiap manusia khususnya seorang muslim untuk senantiasa bersyukur kepada Allah ta'ala atas pemberian nikmat-Nya kepadanya, baik nikmat yang disadarinya maupun tidak, diketahuinya maupun tidak, dan diakuinya maupun tidak. Kenyataannya, Allah ta'ala telah memberikan nikmat yang sangat banyak kepada manusia. 

Di antara nikmat Allah ta'ala tersebut adalah nikmat Iman dan Islam, keluarga (orang tua, suami, istri, dan anak), harta, kesehatan, keamanan, rezeki, umur, akal, bernafas, penglihatan, pendengaran, jabatan, harta, udara, air, makanan, buah-buahan, sumber alam, dan lainnya. Namun nikmat yang paling besar dalam hidup ini bagi seorang muslim adalah nikmat Iman dan Islam yaitu nikmat hidayah.

Sungguh banyak nikmat Allah ta'ala berikan kepada kita sehingga kita tidak mampu menghitungnya. Allah ta'ala berfirman, "Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan mampu menghitungnya. Sungguh, Allah benar-benar Maha Pengampun, Maha Penyayang." (An-Nahl: 18).

Allah ta'ala juga berfirman, "Dan Dia telah memberikan kepadamu segala apa yang kamu mohonkan kepada-Nya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan mampu menghitungnya. Sungguh, manusia itu sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah)." (Ibrahim: 34).

Hakikat Syukur

Syukur adalah senantiasa memuji Allah ta'ala baik di waktu senang maupun sedih dan waktu lapang maupun sulit, menaati segala perintah-Nya baik yang wajib maupun yang sunnat dan segala larangan-Nya baik yang haram maupun yang makruh, serta ridha terhadap qadar (ketentuan) Allah ta'ala yang baik dan yang buruk. Inilah hakikat syukur yang wajib diamalkan oleh setiap muslim.

Syaikh Muhammad Shalih Al-Utsaimin berkata, "Menurut sebahagian ulama bersyukur adalah menaati Dzat Yang Memberikan nikmat (Allah ta'ala). Inilah syukur, yaitu kamu menaati Dzat Yang Memberikan nikmat (Allah ta'ala), terutama nikmat yang sejenis dengan nikmat ini. Jika Allah memberikan nikmat kepada anda dengan harta, maka hendaknya ada pada diri anda pengaruh dari harta ini pada pakaian anda, rumah anda, kenderaan anda, sedekah anda, maupun nafkah anda, hendalah terlihat pengaruh nikmat Allah yang telah diberikan kepada anda pada harta ini.

Dalam ilmu, jika Allah menganugerahkan ilmu kepada anda, maka pengaruh ilmu itu harus terlihat pada diri anda berupa semangat menyebarkannya di tengah-tengah orang ramai, mengajarkannya kepada orang banyak, berdakwah kepada Allah azza wa jalla, dan sebagainya, Maka syukur ada pada nikmat yang sama yang diberikan Allah kepada anda, atau lebih umum. Jadi, orang yang berbuat maksiat kepada Allah berarti tidak bersyukur kepada nikmat Allah, karena dia telah kufur nikmat Allah, semoga kita dijauhkan." (Syarhu Riyadhus Shalihin: 457).

Syukur tidak hanya diucapkan di waktu mendapat kesenangan dan kemudahan, namun juga di waktu mendapat kesusahan dan kesulitan.

Oleh karena itu, Rasulullah shallahu 'alaihi wa sallam jika datang sesuatu yang menyenangkannya beliau mengucapkan, "Alhamdulillah alllazi bini'matihi tatimush shalihat (segala puji bagi Allah yang dengan nikmat-Nya semua kebaikan menjadi sempurna)". (HR. Ibnu Majah).

Selanjutnya »     Dan jika datang kepada beliau shallahu '...
Halaman: 1 2
Keyword:


Editor :
Akhyar

riset-JSI
Komentar Anda