kip lhok
Beranda / Gaya Hidup / Empat Cara Jitu Mampu Bayar Cicilan di Tengah Kenaikan Suku Bunga BI

Empat Cara Jitu Mampu Bayar Cicilan di Tengah Kenaikan Suku Bunga BI

Sabtu, 24 September 2022 09:30 WIB

Font: Ukuran: - +

Foto: Kementerian PUPR 


DIALEKSIS.COM | Nasional - Bank Indonesia (BI) kembali menaikkan suku bunga acuan pada September 2022. Besarannya pun membuat banyak pihak kaget yakni sebesar 50 basis poin (bps) menjadi 4,25 persen. Artinya, sejak awal tahun BI sudah menaikkan suku bunga sebesar 75 bps, karena pada Agustus juga dikerek sebesar 25 bps.

Kenaikan suku bunga tentu akan diikuti oleh bunga perbankan baik untuk KPR maupun non-KPR. Namun, kapan dan berapa lama transmisi dilakukan perbankan, tidak ada yang tahu pasti.

Pemilik kredit di perbankan, terutama KPR, harus mulai siap-siap untuk perubahan bunga yang lebih tinggi dalam waktu dekat. Terlebih, Anda yang KPR-nya sudah masuk masa floating.

Tapi tenang saja, ada beberapa tips dari perencana keuangan yang mungkin bisa Anda ikuti di tengah kenaikan bunga kredit KPR yang tak sejalan dengan pemasukan.

1. Cek Rasio Cicilan dari Penghasilan

Perencana Keuangan dari OneShildt Agustina Fitria mengatakan hal pertama yang harus Anda lakukan saat ini mengecek seberapa besar rasio cicilan terhadap pendapatan. Jika besaran cicilan masih di bawah 30 persen dari pendapatan, maka tidak akan terlalu memberatkan dan masih bisa menabung.

"Dicek nanti apakah cicilannya masih di rasio yang sehat atau tidak. Rasio sehat yaitu 30 persen dari penghasilan," ujarnya kepada CNNIndonesia.com.

Namun, bila besaran cicilan sudah melebihi 30 persen dari penghasilan, maka harus mencari alternatif lain dengan mengurangi pengeluaran lainnya.

2. Kurangi Pengeluaran yang Sifatnya Keinginan

Fitria menjelaskan pengeluaran lain yang harus dikeluarkan adalah yang sifatnya keinginan. Sebab, membayar cicilan KPR yang lebih tinggi harus lebih diutamakan dibandingkan keinginan tersebut.

"Mengurangi pengeluaran, terutama yang sifatnya keinginan seperti jajan, hangout, dan leisure," jelasnya.

Perencana Keuangan Andi Nugroho juga sependapat dengan Fitria. Menurut Andi, kenaikan cicilan KPR merupakan hal yang tak bisa dihindari, sehingga mau tidak mau harus diprioritaskan.

Apalagi, jika jumlah cicilan bertambah saat penghasilan tidak bertambah. Mau tak mau, harus ada pengeluaran yang dikurangi untuk memenuhi kenaikan KPR tersebut.

"Ya mau tidak mau kita kurangi kebutuhan yang bisa dikurangi, seperti jalan-jalan, jajan, makan-makan dan sebagainya. Itu bisa kita kurangi dulu, sampai nanti bunga KPR turun lagi," kata Andi.

3. Cari Sumber Penghasilan Lain

Namun, kata Andi, jika Anda tak ingin mengurangi kebutuhan yang sifatnya keinginan, maka alternatif lain adalah mencari tambahan pemasukan lainnya.

Misalnya, bagi karyawan yang hanya mengandalkan gaji bulanan, maka harus mulai memikirkan ide bisnis dengan teman dan sebagainya, agar memiliki tambahan pemasukan.

"Buat teman-teman karyawan yang hanya andalkan gaji, tapi gaji enggak naik, maka nambah penghasilan. Apapun caranya ya harus pikirkan ide untuk menambah penghasilan, karena seperti saya bilang kenaikan bunga KPR tak bisa dihindari," imbuhnya

4. Pindah KPR ke Bank Lain

Langkah lain yang mungkin bisa dilakukan adalah pindah ke bank lain yang memberikan bunga KPR lebih rendah atau mungkin flat lebih lama.

"Beberapa bank mungkin memberikan tawaran menarik untuk KPR di mereka. Tinggal dilihat saja, bunganya jauh berbeda dengan saat ini atau tidak. Jika bunga flat nya lebih lama, mungkin bisa jadi alternatif dan pilihan bagus," kata Andi.

Namun, kata Andi, perlu diingat bahwa untuk mengurus perpindahan KPR akan membutuhkan waktu, tenaga dan tambahan biaya penalti yang ditetapkan oleh bank.

"Jadi ini memang akan agak ribet mengurus dokumen untuk mengalihkan KPR. Tapi kalau dihitung masa cicilan yang masih lama dan bunga KPR nya jauh berbeda, maka waktu dan tenaga yang dipakai menurut saya akan sepadan," jelasnya.

Tips Bagi yang Baru Mau KPR

Sementara itu, bagi masyarakat yang baru ingin memiliki rumah dengan cara KPR, maka bisa mencari pengembang (developer) yang bekerjasama dengan perbankan yang memberikan bunga fix atau flat dalam jangka waktu lama.

"Jadi jika sudah ada rumah idaman, segera cek KPR nya, berapa cicilan yg harus dibayar. Lebih stabil jika memilih cicilan dengan bunga fix dalam jangka waktu yang panjang, misal 3-5 tahun atau sampai jatuh tempo," kata Fitria.

Dengan pemilihan bunga flat dalam jangka waktu lama, maka masyarakat bisa menyiapkan tabungan atau tambahan penghasilan saat masa bunga tetapnya berakhir.

"Sehingga tidak terpengaruh perubahan suku bunga dalam jangka waktu tersebut. Sambil mempersiapkan diri dengan penghasilan yang mencukupi setelah suku bunga menjadi floating," imbuhnya.

Sementara itu, kata Andi, keinginan lain seperti membeli kendaraan bermotor secara kredit, sebaiknya ditunda dulu. Sebab, kendaraan akan memiliki model terbaru setiap tahunnya, sedangkan properti harganya akan naik jika ditunda pembeliannya.

"Menurut saya kalau sudah cocok lokasi dan harga sesuai budget ambil saja. Daripada nanti menyesal, karena harga properti dalam setahun saja bisa naik tinggi atau rumah yang kita inginkan sudah laku terjual," jelasnya Andi [cnnindonesia.com].

Keyword:


Editor :
Redaksi

riset-JSI
Komentar Anda