kip lhok
Beranda / Feature / Bendera Persiraja Kembali Berkibar di Liga 1

Bendera Persiraja Kembali Berkibar di Liga 1

Selasa, 26 November 2019 11:00 WIB

Font: Ukuran: - +


DIALEKSIS.COM - Usianya sudah terbilang tua, namun untuk bertahan di liga bergengsi bumi pertiwi ini perjalananya terseok seok. Bagaikan tidak memiliki kekuatan. Ada kalanya tersungkur, walau tidak hilang dari peredaran.

Rakyat Aceh yang menyematkan harapan, berbalut kecewa. Pecinta si kulit bundar ingin agar negeri paling barat pulau Sumatra ini masuk dalam liga 1 sepak bola bergengsi. Namun  Persiraja bagaikan kehilangan ruh perjuangan yang dimiliki Aceh. 

Baru ditahun 2019 tim kebanggaan Tanah Rencong kembali mengukir sejarah dan akan mengibarkan benderanya di laga Liga 1 tahun 2020. Padahal Persiraja pada tahun 1980 telah menjuarai perserikatan bergengsi di negeri ini.

Kegesitan Assanur Rijal, Defri Rizki, dan ketangguhan Andri Abubakar, Husnuzhon dan rekan timnya dalam membungkam ambisi Sriwijaya FC, pada laga penentuan, Senin (25/11/2019) telah mengantar Persiraja menjawab mimpi panjang.

Jala Sriwijaya FC bergetar di menit ke 52, setelah Assanur Rijal mampu menyelesaikan tugasnya merobek jala yang dikawal Galih Sudaryono. Stadion Kapten I Wayan Dipta, Gianyar, Bali, menjadi saksi sejarah, pemain yang dilatih Hendri Susilo ini memiliki semangat juang yang tinggi.

Rakyat Aceh menyambut suka cita atas kemenangan Persiraja. Bendera kebanggaan dari Tanah Rencong ini akan berkibar di Liga 1, liga bergengsi di Indonesia. Bendera yang pernah terahir berkibar di tahun kompetisi musim 2011/2012, setelah lolos pada kompetisi musim 2010/2011, kini akan berkibar lagi.

Saat itu Persiraja memilih bergabung dengan Indonesian Premier League (IPL), Kompetisi resmi PSSI, setelah terjadinya dualisme kompetisi liga di Indonesia. Mimpi panjang yang terkubur sejak Liga kompetisi 2011/2012, kini dijawab anak anak laskar Rencong.

Pasukan yang yang tergabung dalam SKULL (Suporter Kutaraja Untuk Lantak Laju), akan kembali bersuara di lapangan hijau. Organisasi supporter ini menjadi "sane" yang menakutkan bagi tim lawan, apalagi ketika berlaga di kandang. Jago kandang sudah ditabalkan untuk Persiraja.

Dari catatan yang berhasil dirangkum Dialeksis.com, Persiraja didirikan pada 28 Juli 1957. Namanya merupakan penggabungan, Persatuan Sepak bola Indonesia Kutaraja Banda Aceh. Nama besar Persiraja sudah lama berkibar.

Pada tahun 1980 sudah mengukir prestasi, tampil sebagai juara perserikatan. Pada saat itu di final, pemain legendaris Persiraja (Bustamam, Rustam Syafari cs) membungkam Persipura Jaya Pura dengan skor gemilang 3-1.

Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Senayan, Jakarta, telah menjadi saksi sejarah, Aceh itu memang punya semangat juang yang tinggi.

Seiring dengan perputaran waktu, pasang surut dalam persepakbolaan di Serambi Mekkah ini mengikuti irama alam dengan sikap manusia yang mengelolanya. Pada musim 2014/2015 Persiraja mengalami perselisihan internal.

Perselisihan itu terjadi antara Persiraja dengan Pemkot Banda Aceh. Campur tangan pejabat telah bertentangan dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 22 Tahun 2011, dimana dengan tegas melarang pejabat menjabat/menggunakan dana APBD ke klub sepak bola dan sepak bola tidak ada muatan politik.

Pil pahit kembali harus ditelan Persiraja pada musim musim 2015/2016. Perseteruan PSSI dan Pemerintah Pusat, berpengaruh besar pada Persiraja. Mereka tidak mendapatkan gaji, selain itu klub tanah Rencong ini kekurangan sponsor. Penghentian sementara Liga Liga di Indonesia itu telah membuat Persiraja mati suri.

Tahun 2017, setelah Indonesia terkena sanksi FIFA. Persiraja Banda Aceh hanya mampu bertahan di Liga 2, memimpin juara Grup E di Play Off 2. Kemampuan ini telah membuat Persiraja tidak terkena degradasi ke Liga 3.

Pelan-pelan Persiraja berusaha bangkit dari keterpurukan dan ingin kembali mengulang masa jaya persepakbolaan di Aceh. Pada Liga 2 musim 2018, Persiraja berhasil menduduki posisi ke-2 di klasemen grup wilayah barat.

Namun cita cita Persiraja untuk masuk ke Liga 1, kandas. Setelah kalah 1 poin di grub B dari PSS Sleman dan Persita Tangerang. Impian untuk bermain di Liga 1 menjadi daftar penantian panjang.

Atribut yang sudah ditabalkan kepada laskar rencong ini sebagai jago kandang, karena Stadion H.Dimurthala, Banda Aceh, bagaikan lokasi "sakti" untuk kemenangan Persiraja, belum mengantarkan tim harapan rakyat Aceh ini bertarung di Liga 1, liga bergengsi negeri ini.

Tak kenal menyerah dan semangat yang tinggi, ahirnya penantian panjang itu dijawab Persiraja. Mereka menunjukkan ke publik pecinta si kulit bundar di Aceh, bahwa Persiraja layak bertengger di Liga1.

Kekuatan dan semangat Persiraja di kompetisi 2018/2019 telah membuka sejarah lama. Bahwa Persiraja memang layak merumput di ajang bergengsi bumi Pertiwi. Musim kompetisi 2020 ini, bendera Persiraja yang terahir berkibar di kompetisi 2011/2012, kini akan berkibar lagi.

Persiraja klub yang sudah "tua" di pulau Andalas ini. Goresan sejarah panjangnya mengalami pasang surut, diantara masa keemasan dan suram. Ada masa jaya dalam balutan buram.

Kini Persiraja menemukan kembali ruh perjuangan Aceh, semangat juang yang pantang menyerah telah dibuktikan ketika laga penentuan dengan Sriwijaya FC. Tiket termahal di Lige 1 IPL berhasil diraih.

Peluh keringat yang menetes di Stadion Kapten I Wayan Dipta, Gianyar, Bali, diganti dengan kibaran bendera Persiraja di Liga IPL tahun depan. Bravo Persiraja, rakyat Aceh menaruh harapan padamu. (Bahtiar Gayo)

Keyword:


Editor :
Redaksi

riset-JSI
Komentar Anda