kip lhok
Beranda / Ekonomi / Harga Minyak Meroket, Konflik Timur Tengah Memanas

Harga Minyak Meroket, Konflik Timur Tengah Memanas

Selasa, 13 Agustus 2024 09:30 WIB

Font: Ukuran: - +

Ilustrasi. Foto: Freepik


DIALEKSIS.COM | Dunia - Pasar minyak global bergejolak. Harga minyak mentah melonjak lebih dari 3 persen pada Senin, 12 Agustus, meneruskan tren kenaikan lima hari beruntun. Lonjakan ini dipicu oleh dua faktor utama: prospek permintaan yang menguat dan kekhawatiran akan eskalasi konflik di Timur Tengah yang berpotensi mengganggu pasokan.

Minyak mentah Brent mencatatkan kenaikan US$ 2,64 atau 3,3 persen, menyentuh level US$ 82,30 per barel. Sementara itu, minyak West Texas Intermediate (WTI) melejit US$ 3,22 atau 4,2 persen ke posisi US$ 80,06 per barel.

Ketegangan di kawasan Timur Tengah kembali memanas. Departemen Pertahanan Amerika Serikat mengumumkan rencana pengiriman kapal selam berpeluru kendali ke wilayah tersebut. Langkah ini diambil menyusul ancaman serangan terhadap Israel oleh Iran dan sekutunya.

"Kami menumpuk aset satu di atas yang lain. Ini memberi kesan bahwa jika situasi memanas, kondisinya bisa memburuk," ujar Bob Yawger, direktur energi berjangka di Mizuho, New York, Selasa, 13 Agustus.

Ancaman balasan dari Iran dan Hizbullah atas tewasnya pemimpin Hamas, Ismail Haniyeh, dan komandan militer Hizbullah, Fuad Shukr, semakin memanaskan situasi. Para analis memperingatkan, eskalasi konflik dapat memperketat pasokan minyak mentah global dan mendorong harga lebih tinggi.

Skenario terburuk, menurut Yawger, adalah kemungkinan Amerika Serikat memberlakukan embargo terhadap ekspor minyak mentah Iran. Langkah ini berpotensi mengganggu pasokan hingga 1,5 juta barel per hari.

Di sisi lain, Israel melanjutkan operasi militer di Gaza selatan, tepatnya di dekat kota Khan Younis. Serangan udara akhir pekan lalu di kompleks sekolah dilaporkan menewaskan sedikitnya 90 orang, meski klaim ini dibantah oleh Israel. Hamas pun mengancam tidak akan berpartisipasi dalam perundingan gencatan senjata baru.

John Kilduff, mitra di Again Capital, New York, menambahkan, "Pasar semakin khawatir tentang konflik di kawasan tersebut. Perang yang meluas dapat mendorong Israel menargetkan minyak Iran dan menghambat produksi minyak mentah dari produsen penting lainnya di kawasan, termasuk Irak."

Sentimen positif juga datang dari data ketenagakerjaan AS yang lebih kuat dari perkiraan. Hal ini memicu spekulasi penurunan suku bunga di negara konsumen minyak mentah terbesar dunia tersebut. Tony Sycamore, analis pasar IG, menyatakan, "Data AS yang lebih baik dari perkiraan minggu lalu meredakan kekhawatiran akan resesi AS."

Investor kini menanti rilis data indeks harga konsumen AS Juli yang diperkirakan menunjukkan kenaikan inflasi bulanan sebesar 0,2 persen. Sementara itu, harga konsumen di Cina, importir minyak terbesar dunia, naik lebih cepat dari yang diharapkan pada Juli.

Di tengah gejolak pasar minyak, Rusia melakukan evakuasi warga sipil dari beberapa wilayah yang berbatasan dengan Ukraina. Langkah ini diambil menyusul peningkatan aktivitas militer Kyiv di dekat perbatasan, beberapa hari setelah serangan terbesar ke wilayah Rusia sejak pecahnya perang pada 2022.

Keyword:


Editor :
Redaksi

riset-JSI
Komentar Anda