Penelitian Sebut Manusia Sebabkan Perubahan Iklim dan Gelombang Panas
Font: Ukuran: - +
Warga berenang di tengah gelombang panas yang ekstrem. [Foto: Reuters/Igor Petyx]
DIALEKSIS.COM | Dunia - Gelombang panas yang melanda Eropa dan AS pada bulan Juli "hampir tidak mungkin" tanpa perubahan iklim yang disebabkan oleh manusia, kata sebuah penelitian ilmiah.
Pemanasan global dari pembakaran bahan bakar fosil juga membuat gelombang panas yang mempengaruhi bagian China 50 kali lebih mungkin terjadi. Perubahan iklim berarti gelombang panas di Eropa selatan lebih panas 2,5 derajat celsius, demikian temuan studi tersebut.
Hampir semua masyarakat tetap tidak siap menghadapi panas ekstrem yang mematikan, para ahli memperingatkan.
Peneliti mengatakan temuannya menyoroti pentingnya dunia beradaptasi dengan suhu yang lebih tinggi karena tidak lagi "langka".
"Panas adalah salah satu jenis bencana paling mematikan," kata Julie Arrighi dari Pusat Iklim Palang Merah Bulan Sabit Merah, dan juga salah satu peneliti..
Negara-negara harus membangun rumah tahan panas, menciptakan "pusat kesejukan" bagi orang-orang untuk menemukan tempat berlindung, dan menemukan cara untuk mendinginkan kota termasuk menanam lebih banyak pohon, katanya.
Pada bulan Juli, rekor suhu dipecahkan di beberapa bagian China, AS bagian selatan, dan Spanyol. Jutaan orang menghabiskan waktu berhari-hari di bawah peringatan merah untuk panas ekstrem.
Para ahli mengatakan panas yang ekstrim bisa menjadi ancaman yang sangat serius bagi kehidupan, terutama di kalangan orang tua. Menurut sebuah penelitian, lebih dari 61.000 orang diperkirakan meninggal karena penyebab terkait panas selama gelombang panas tahun lalu di Eropa.
“Studi ini menegaskan apa yang kita ketahui sebelumnya. Ini menunjukkan sekali lagi seberapa besar peran perubahan iklim terhadap apa yang kita alami saat ini,” kata Friederike Otto dari Imperial College London.
Ilmuwan iklim mengatakan puluhan tahun manusia memompa gas rumah kaca ke atmosfer menyebabkan suhu global meningkat.
Namun tidak semua kejadian cuaca ekstrim dapat langsung dikaitkan langsung dengan perubahan iklim karena pola cuaca alami juga dapat berperan.
Studi ini juga mempertimbangkan peran El Niño, fluktuasi iklim kuat yang terjadi secara alami yang dimulai pada bulan Juni. Ini menyebabkan suhu global yang lebih tinggi karena air hangat naik ke permukaan di samudra Pasifik tropis dan mendorong panas ke udara.
Studi tersebut menyimpulkan bahwa El Niño mungkin memainkan peran kecil tetapi peningkatan suhu dari pembakaran bahan bakar fosil adalah pendorong utama gelombang panas yang lebih intens. [BBC]