Beranda / Berita / Dunia / Nyaris 100 Orang Daftarkan Diri Jadi Presiden Tunisia

Nyaris 100 Orang Daftarkan Diri Jadi Presiden Tunisia

Sabtu, 10 Agustus 2019 07:10 WIB

Font: Ukuran: - +

Perdana Menteri Tunisia Youssef Chahed menjadi salah satu dari 98 orang yang mendaftarkan diri sebagai calon Presiden Tunisia baru. [FOTO: IST]

DIALEKSIS.COM | Jakarta - Unik! Hampir 100 orang termasuk perdana menteri mendaftarkan diri untuk menjadi presiden Tunisia yang baru. Mereka berlomba-lomba mendaftarkan diri jelang batas waktu pendaftaran pada Jumat (9/8/2019) waktu setempat. 

Tercatat, sebanyak 98 orang bakal calon presiden telah mendaftarkan diri dan menyerahkan dokumen syarat ke Komisi Pemilihan Umum setempat sebelum batas waktu resmi pada pukul 18.00. 

Pada Jumat saja, ada 42 orang mendaftarkan diri untuk menjadi kandidat presiden negara di Afrika Utara tersebut.

"Politik ratatouille," kata media berbahasa Prancis Le Temps mengibaratkan kondisi Pemilihan Presiden negara tersebut dengan makanan penuh sayuran warna-warni asal Prancis.

Pemilihan presiden Tunisia sendiri dijadwalkan dilangsungkan pada 15 September mendatang.

Perdana Menteri Tunisia Youssef Chahed memutuskan mengajukan diri menjadi presiden pada Kamis (8/8) kemarin.

Didampingi oleh para pendukung, Chahed mendaftarkan diri sekaligus menyatakan tak akan mundur dari jabatannya saat ini.

"Siapa pun yang berharap pengunduran diri saya sebenarnya bertujuan untuk menunda pemilihan dan pengunduran diri saya berarti pengunduran diri pemerintah," kata Chahed.

Pemilihan presiden Tunisia aslinya dijadwalkan pada November mendatang. Namun pemilihan dimajukan karena Beji Caid, presiden Tunisia, meninggal dunia pada akhir bulan lalu.

Chahed yang berusia 43 tahun itu merupakan perdana menteri termuda dalam sejarah Tunia. Dalam pilpres kali ini, ia berpeluang berhadapan dengan Abdelfattah Mourou dari Partai Ennahdha yang bernafaskan Islam.

Selain Mourou, Chahed juga mendapatkan saingan dari tokoh media kontroversial Nabil Karoui.

Ennahdha memenangkan pemilihan pertama yang diadakan setelah pemberontakan pada 2011. Pemberontakan itu berhasil menggulingkan presiden otokratis Zine El Abidine Ben Ali.

Ennahdha juga tercatat sebagai partai pemenang dan terbesar di Tunisia.

Selain sejumlah nama tersebut, mantan presiden Tunisia Moncef Marzouki juga kembali mendaftarkan diri. Lalu ada Abdelkrim Zbidi yang sudah berusia 69 tahun dan telah mundur dari jabatannya sebagai menteri pertahanan.

Pemilihan presiden Tunisia September nanti juga adalah pertama kalinya ada kandidat dari kelompok LGBT yang diwakili oleh Mounir Baatour.

Namun kemunculan Baatour yang telah mengaku sebagai gay ditentang oleh 18 kelompok aktivis hak-hak LGBT dan menyebut pengacara tersebut bukan mewakili kelompok marjinal itu.

Dari 98 pendaftar, Komisi Pemilihan Umum Tunisia akan memutuskan calon yang memenuhi kriteria dan syarat pada 31 Agustus mendatang dan berhak memulai kampanye pada 2 September 2019. (red/CNNIndonesia)

Keyword:


Editor :
Makmur Emnur

riset-JSI
Komentar Anda