Beranda / Berita / Dunia / Enam Dekade Terakhir, Peru Kehilangan Separuh Permukaan Gletser

Enam Dekade Terakhir, Peru Kehilangan Separuh Permukaan Gletser

Kamis, 23 November 2023 17:30 WIB

Font: Ukuran: - +

Turis berjalan di depan gletser Tuco di Taman Nasional Huascaran selama tur yang disebut "Rute perubahan iklim" di Huaraz, Peru, 12 Agustus 2016. [Foto: AP Photo/Martin Mejia]


DIALEKSIS.COM | Dunia - Peru telah kehilangan lebih dari separuh permukaan gletsernya dalam enam dekade terakhir, dan 175 gletser punah akibat perubahan iklim antara tahun 2016 dan 2020, kata para ilmuwan Peru dari badan negara yang mempelajari gletser pada hari Rabu (22/11/2023).

“Dalam 58 tahun, 56,22% tutupan gletser yang tercatat pada tahun 1962 telah hilang,” kata Mayra Mejía, pejabat Institut Nasional Penelitian Gletser dan Ekosistem Gunung, atau Inaigem, Peru.

Faktor yang menyebabkan dampak terbesar adalah peningkatan suhu rata-rata global, yang menyebabkan percepatan penyusutan gletser, terutama di daerah tropis, kata Jesús Gómez, direktur penelitian gletser di Inaigem, kepada The Associated Press.

Negara di Amerika Selatan ini masih mempunyai cakupan glasial seluas 1.050 kilometer persegi (405 mil persegi), yang mewakili sekitar 44% dari luas yang tercatat pada tahun 1962, ketika inventarisasi gletser pertama dilakukan.

Mejía, pakar glasiologi, mengatakan ada beberapa pegunungan di Peru yang gletsernya hampir hilang, yaitu Chila yang telah kehilangan 99% permukaan glasialnya sejak tahun 1962.

Chila adalah kuncinya karena perairan pertama yang menjadi sumber Sungai Amazon, yang terpanjang dan terkuat di dunia, berasal dari gletser.

Beatriz Fuentealva, presiden Inagem, mengatakan hilangnya gletser meningkatkan risiko bagi mereka yang tinggal di daerah dataran rendah, seperti yang terjadi pada tahun 1970 ketika lapisan es besar dari Huascarán yang tertutup salju, di Andes utara, pecah setelah bencana. 

"Gempa berkekuatan 7,9 skala Richter, jatuh di laguna dan menyebabkan longsoran lumpur yang menghancurkan kota Yungay dan menyebabkan lebih dari 20.000 orang tewas," tandasnya. [ABC News]

Keyword:


Editor :
Indri

riset-JSI
Komentar Anda