Efek Biden Dukung Israel, Pemimpin Muslim AS Pastikan Tidak Memilih di Pemilu Mendatang
Font: Ukuran: - +
Presiden AS Joe Biden (Foto: REUTERS/Jonathan Ernst/File Photo)
DIALEKSIS.COM | Dunia - Para pemimpin Muslim di Amerika Serikat (AS) telah mengumumkan rencana mereka melakukan kampanye nasional tidak memilih Presiden AS Joe Biden dalam pemilihan presiden mendatang.
Kampanye #AbandonBiden yang diluncurkan baru-baru ini menyatakan di situs webnya bahwa pemerintahan Biden gagal menyerukan gencatan senjata dalam genosida Israel di Jalur Gaza yang terkepung. Hal ini mendorong para pemimpin masyarakat mengambil tindakan.
Kampanye (tidak memilih Biden) tersebut secara ambisius bertujuan mengalahkan Biden di seluruh 50 negara bagian. Penyelenggara telah mulai melakukan demonstrasi pada Oktober di sembilan negara bagian, termasuk Nevada, Minnesota, Arizona, dan Wisconsin.
“Pengabaian Biden terhadap Muslim Amerika memaksa para pemimpin Muslim meninggalkan Biden. Menjelang tahun baru, para pemimpin Muslim Amerika menyerukan perdamaian di Amerika, dunia Muslim, dan masyarakat di seluruh dunia,” bunyi pernyataan itu, dilansir dari New Arab, Ahad (31/12/2023).
Para pemimpin Muslim di AS juga mendesak strategi menyeluruh untuk memastikan kekalahan Biden dalam pemilu. Tim kampanye tersebut menyatakan kekecewaannya terhadap Biden, terutama setelah jumlah pemilih Muslim yang mendukungnya dalam kampanye presiden 2020.
Jajak pendapat Associated Press menunjukkan 64 persen Muslim memilih Joe Biden, dibandingkan 35 persen yang memilih Trump. Penyelenggara pemilu Muslim sebelumnya menekankan pemilih Muslim sangat penting untuk mengumpulkan dukungan Biden di negara bagian Florida. Dia juga meraih kemenangan di Pennsylvania dan Michigan dimana terdapat banyak pemilih Muslim.
CEO Emgage Wa’el Alzayat yang merupakan kelompok Muslim terbesar di Amerika yang berfokus pada perluasan basis pemilih Muslim Amerika, memperingatkan pada Oktober bahwa berkurangnya dukungan dari Muslim Amerika pada pemilu 2024 dapat mempengaruhi peluang Biden terpilih kembali.
“Hal ini mungkin menghalangi cukup banyak pemilih untuk duduk santai dalam pemilu berikutnya dan menyaksikan Donald Trump mengendalikan kursi kepresidenan, menyaksikan Partai Republik mengendalikan Kongres dan juga mengetahui kaum konservatif akan memiliki kendali atas Mahkamah Agung,” kata Alzayat kepada publikasi berita AS, NBC News.
“Hal yang menyedihkan adalah mereka yang benar-benar peduli terhadap demokrasi melakukan hal ini pada diri mereka sendiri karena kesalahan mereka dalam menangani masalah ini.”
Para pejabat AS dan Israel menolak tekanan untuk menghentikan pertempuran secara permanen. Presiden Biden secara konsisten menegaskan kembali dukungannya terhadap Israel yang berdalih sebagai hak untuk mempertahankan diri.
Bahkan ketika Gedung Putih bertujuan memerangi Islamofobia di tengah tingginya tingkat Islamofobia, Muslim Amerika menyuarakan keprihatinan mereka atas kurangnya perlindungan bagi komunitas Muslim dan Arab. Ini terutama setelah pembunuhan Wadea Al-Fayoume, warga Amerika keturunan Palestina berusia 6 tahun.
Rashida Tlaib, satu-satunya warga Amerika keturunan Palestina di Kongres, bulan lalu dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat untuk dikecam karena sikapnya yang pro-Palestina. Amerika Serikat sejak itu secara terbuka mendesak Israel untuk berbuat lebih banyak untuk melindungi warga sipil di Gaza di tengah meningkatnya jumlah korban jiwa akibat konflik tersebut.
Namun, Washington juga mendukung upaya perang Israel, dengan mengumumkan penjualan amunisi artileri 155mm senilai 147,5 juta dolar AS ke Israel pada Jumat. Persyaratan untuk peninjauan kembali penjualan oleh Kongres telah dilewati.
Israel telah melakukan genosida brutal di Gaza dan telah membunuh sekitar 21.507 orang, sebagian besar perempuan dan anak-anak, menurut kementerian kesehatan Palestina di wilayah yang terkepung oleh penjajah Israel.
Kematian warga sipil dan kehancuran di Gaza telah menimbulkan kemarahan internasional. Citra Amerika Serikat di dunia internasional terpukul karena dukungannya yang kuat terhadap Israel. [republika.co.id]