kip lhok
Beranda / Berita / Peneliti Nilai Kondisi Literasi Sastra di Aceh Memprihatinkan

Peneliti Nilai Kondisi Literasi Sastra di Aceh Memprihatinkan

Minggu, 03 Juli 2022 09:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Nora

Abzari Jafar, M.A Kritikus Sastra/Peneliti Sastra bidang Sosiologi Sastra (Foto: doc pribadi/dialeksis)


DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Kritikus Sastra asal Aceh, Abzari Jafar, M.A mengatakan kondisi literasi sastra di Aceh sangat memprihatinkan di tengah populernya sosial media sebagai sarana ekspresi diri dan sumber informasi yang menjadi sumber bacaan yang pantang untuk dilewatkan. 

“Sastra saat ini makin ditinggalkan sebagai sebuah bacaan oleh masyarakat dan tidak mendapat tempat dalam masyarakat,” ungkapnya kepada Dialeksis.com, Minggu (3/7/2022). 

Hal itu, kata dia, bisa dilihat dari ketersediaan karya sastra di tengah masyarakat, baik di toko buku, koleksi perpustakaan, bahkan di media cetak dan online hampir tidak dijumpai kolom yang memuat khusus tentang sastra. 

Menurutnya, hal itu disebabkan minimnya promosi sehingga sastra menjadi kalah saing dalam masyarakat, apalagi sastra Aceh yang hampir tidak ada karya hadir di era sekarang ini.

Peneliti Sastra bidang Sosiologi Sastra itu mengatakan, literasi sastra di Aceh saat ini hanya digandrungi oleh komunitas-komunitas yang bergerak di bidang sastra saja yang masih konsisten pada bidang tersebut. 

Bahkan, lanjutnya, beberapa grup facebook yang sebelumnya banyak membicarakan tentang sastra, sekarang mulai sepi. 

Abzari mengatakan, upaya memajukan sastra di Aceh tentunya dibutuhkan peran dari semua pihak, terutama pemerintah yang diharapkan memberi ruang dan peluang untuk kemajuan sastra di Aceh. 

“Beberapa program pemerintah seperti lomba penciptaan karya sastra, lomba baca puisi dan menerbitkan antologi puisi sangat kita apresiasi,” sebutnya. 

Tetapi, kata Abzari, kembali lagi dengan minimnya promosi tentu saja jauh panggang dari api. 

Mungkin bisa mencontoh pada karya Laskar Pelangi yang mampu mengakomodir pengkaryaan, ekonomi dan pariwisata. 

Namun, ia tetap optimis jika pemerintah memberi perhatian serius kepada sastrawan untuk menulis dan mempromosikannya secara massif akan memberi pengaruh positif pada masyarakat. 

Selain pemerintah, ia juga berharap promosi dari media cetak/online serta public figure di sosial media juga memberi ruang dan peluang untuk kemajuan sastra di Aceh. 

Abzari menilai, ketertarikan pemuda di Aceh terhadap sastra sangat minim. 

“Kita bisa tanyakan hal yang sederhana: berapa koleksi novel yang dimiliki, tentuk kita akan dapat jawabannya,” imbuhnya. 

Akan tetapi, katanya, dalam dua tahun ini Abzari melihat pemuda sudah mulai mengenal novel online yang tersedia di beberapa platform secara gratis dan berlangganan. 

Adapun tema yang disukai adalah tema cinta sepasang kekasih. 

Abzari juga menyoroti lembaga pendidikan formal juga perlu berperan untuk memajukan dunia sastra di Aceh. 

Misal, sebutnya, dari kampus-kampus yang memiliki prodi sastra, sebagai lembaga pendidikan yang berfokus pada penelitian pastinya telah melahirkan hasil penelitian sastra setiap tahunnya. 

“Tetapi minimnya promosi kepada masyarakat menjadikannya pincang juga,” pungkasnya. (Nor)

Keyword:


Editor :
Redaksi

Berita Terkait
    riset-JSI
    Komentar Anda