Komisi I DPR RI Soroti Bahaya Pemberitaan Ekstrem dalam Pemilu
Font: Ukuran: - +
Teuku Riefky Harsya pada acara literasi digital Peran Ruang Digital dalam Menjaga Pemilu Damai, Sabtu (27/1/2024). Foto: Mc Aceh
DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Dalam menghadapi Pemilihan Umum (Pemilu), seiring dengan kemajuan teknologi dan era digital, masyarakat dihadapkan pada tantangan baru yang berkaitan dengan informasi yang beredar di ruang digital.
Wakil Ketua Komisi I DPR RI Teuku Riefky Harsya, menyoroti dampak dari pemberitaan ekstrem kiri atau kanan yang dapat memicu provokasi berlebihan menjelang pemilihan.
Menurutnya, Pemilu, yang seharusnya menjadi sarana untuk memilih pemimpin terbaik, seringkali dibesar-besarkan sehingga menciptakan suasana seolah-olah hidup dan ekonomi akan hancur jika calon yang didukung tidak menang.
Ia menekankan pentingnya pemahaman bahwa Pemilu adalah proses demokrasi yang harus dijalani dengan bijak, tanpa merusak hubungan keluarga.
"Saya punya pengalaman juga, ada gara-gara pemilu akhirnya setelah pemilu itu masih hubungan keluarganya sampai hari ini kalau ada yang meninggal di keluarga tetangga sebelah, takziah juga tidak mau datang padahal ini bukan tujuan dari pemilu," ungkap Teuku Riefky Harsya, pada acara literasi digital Peran Ruang Digital dalam Menjaga Pemilu Damai, Sabtu (27/1/2024).
Dalam era digital, penggunaan media sosial dan konsumsi informasi di internet semakin dominan. Teuku Riefky mencatat bahwa kecenderungan membuka konten yang ekstrim dapat membentuk algoritma yang cenderung membawa pengguna ke konten serupa. Oleh karena itu, ia menekankan perlunya bijak dalam mengelola informasi digital.
"Kita perlu sadar bahwa dunia digital memiliki manfaat besar, namun kita juga harus bijak dalam menggunakannya. Penggunaan algoritma yang baik dapat membantu kita mendapatkan informasi yang positif," tambahnya.
Ia juga mengingatkan tentang dampak pemilu pada anak-anak. Ia mengajak orangtua untuk memantau aktivitas anak-anak di dunia digital dan memastikan mereka tidak terpapar konten ekstrim yang dapat memengaruhi pemahaman mereka terhadap Pemilu.
Pada akhirnya, dia berharap bahwa digitalisasi di Aceh dapat memberikan kontribusi positif terhadap kondisi perekonomian, namun ia mengingatkan agar tidak terbawa arus ekstrim yang dapat merugikan masyarakat. Menurutnya, Pemilu harus dijalani dengan bijak, dan setelahnya, masyarakat kembali fokus pada kehidupan sehari-hari secara normal.
"Kami yang selama ini juga mewakili rakyat Aceh di pusat dengan berbagai penugasan selama 19 tahun terakhir waktu yang awal diperintahkan SBY untuk menjaga perdamaian, menyelesaikan UUPA, menjadi Dewan Pengawas BRR." pungkas Harsya, yang telah lama menjadi perwakilan Aceh di tingkat nasional.
Sementara itu, Direktur Jenderal Aplikasi Informatika (Aptika), Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) RI, Samuel Abrijani Pangerapan, mengapresiasi webinar literasi digital yang diinisiasi oleh Komisi I DPR RI tersebut.
Ia berharap, kegiatan ini dapat memberikan edukasi dan inspirasi bagi masyarakat untuk lebih memahami dan menguasai teknologi digital.
“Upaya ini akan terus kami lakukan untuk mendorong kemajuan teknologi dan ekonomi bangsa, yang lebih baik dan membuka berbagai ruang bagi masyarakat Indonesia,” pungkas Samuel.
Untuk diketahui, kegiatan literasi digital yang diikuti oleh para peserta dari berbagai lapisan masyarakat ini terselenggara berkat kerja sama antara Kemkominfo RI dan Komisi I DPR-RI. (InfoPublik)