Beranda / Berita / Ketua HUDA: Kualitas Pemimpin Tidaklah Pendendam

Ketua HUDA: Kualitas Pemimpin Tidaklah Pendendam

Selasa, 09 April 2024 15:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Biyu

Tgk H Muhammad Yusuf A. Wahab, atau akrab di sapa Tu Sop, Ketua Himpunan Ulama Dayah Aceh (HUDA). Foto: Ist


DIALEKSIS.COM | Aceh - Siapa pun sosok yang menduduki posisi jabatan penting dan berpengaruh mengendalikan kekuasaan di pemerintahan tidaklah boleh menjadi sosok pendendam. Hal ini penting untuk memastikan bahwa keputusan dan tindakan yang diambil didasarkan pada pertimbangan yang rasional dan objektif, bukan dipengaruhi oleh emosi pribadi atau dendam. Sosok pemimpin yang berpikiran jernih dan adil mampu menciptakan lingkungan yang stabil dan berkelanjutan bagi negara dan masyarakatnya.

Pesan bijak tersebut disampaikan Tgk H Muhammad Yusuf A. Wahab, atau akrab di sapa Tu Sop, Ketua Himpunan Ulama Dayah Aceh (HUDA), memberikan pandangan mendalam tentang kualitas yang seharusnya dimiliki oleh pemimpin tidak pendendam.

“kepemimpinan yang baik harus terlepas dari dendam dan harus berlandaskan pada prinsip-prinsip syariah,” ujarnya kepada Dialeksis.com (09/02/2024).

Menanggapi pertanyaan Dialeksis tentang pentingnya karakter pemimpin yang tidak pendendam, Tu Sop mengungkapkan bahwa solusi atas masalah ini terletak pada penerapan konsep syariah dalam penempatan pejabat agar memahami esensi menjadi pemimpin tidak pendendam.

"Jabatan itu bukan hanya posisi, tetapi amanah," ujar Tu Sop. "Dan orang yang menempatkan jabatan seseorang juga memegang amanah yang sama."

Dengan pengalaman yang luas sebagai pemimpin spiritual dan pendidik di Aceh, Tu Sop mengkritik pendekatan saat ini yang kurang serius dalam mengintegrasikan syariah ke dalam aspek kepemimpinan. Beliau menyerukan tinjauan kembali terhadap penerapan syariah dalam Islam, yang harus terintegrasi ke dalam semua aspek, termasuk kepemimpinan.

Tu Sop juga menyoroti bahwa kepemimpinan yang berorientasi pada dendam dapat merusak tata kelola pemerintahan dan menghambat peningkatan pelayanan publik. "Kita harus melihat lebih jauh dari kepentingan kelompok atau pribadi," kata Tu Sop, "dan fokus pada kepentingan umum dan rakyat."

Beliau menambahkan bahwa pemimpin yang berkarakter pendendam tidak hanya merugikan pemerintahan tetapi juga pelayanan kepada masyarakat.

"Kita tidak boleh menunggu seseorang menjadi pendendam untuk bertindak," tegas Tu Sop. "Kita harus proaktif dalam memilih pemimpin yang memiliki visi untuk kebaikan bersama."

Sebelum mengakhiri ada dua hal penting Tu Sop tekanan dalam tausiahnya jangan jadi pemimpinan terjebak paradigma sesat dan haram, sesat tidak mencapai tujuan berbangsa dan bernegara dan haram tidak bisa dipertanggung jawabkan kepada Allah Swt ketika dendam menyelimuti hati dan berperilaku nyata.

“Pesan Tu Sop tentang pentingnya kepemimpinan yang berbasis syariah dan bebas dari dendam menjadi sangat dibutuhkan dalam menjalankan amanah dan melayani masyarakat,” tandasnya.

Keyword:


Editor :
Redaksi

riset-JSI
Komentar Anda