kip lhok
Beranda / Berita / Aceh / UMKM Tangguh Bank Aceh, Raseuki Laot Gali Potensi Teripang

UMKM Tangguh Bank Aceh, Raseuki Laot Gali Potensi Teripang

Selasa, 15 November 2022 23:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Pemilik Usaha Raseuki Laot, Asnawi (dua kiri), bersama pihak Bea Cukai Kota Sabang, mengamati teripang hasil tangkapannya, beberapa waktu lalu. [Foto: dok. Humas Bank Aceh]


DIALEKSIS.COM | Aceh - Provinsi Aceh memiliki banyak sumber daya alam. Perlu kejelian untuk memulai usaha yang memanfaatkan bahan baku lokal. Salah satunya Asnawi yang jeli menangkap peluang.

Asnawi memperhatikan seekor teripang laut yang baru saja diangkat dari panggangan. Dia perlu memastikan hewan yang mendiami lantai laut itu benar-benar kering, sebelum dikirimkan ke Banda Aceh dan Medan, Sumatera Utara. 

"Alhamdulillah, pasokan teripang masih lancar. Sehingga tidak mengganggu proses produksi," kata Asnawi, Pemilik Usaha Raseuki Laot, Minggu (6/11/2022), yang beralamat di Gampong Ujong Sikondo, Kecamatan Suka Karya, Sabang

Asnawi memulai usaha ini sejak 12 tahun silam. Ia mendapatkan dukungan dari nelayan lokal untuk memasok teripang ke tempat usahanya. Ia menyematkan tempat usahanya dengan nama "Raseuki Laot".

Asnawi adalah salah satu penerima pembiayaan berakad murabahah modal kerja dari Bank Aceh. Dengan dana ini, Asnawi mengembangkan usaha yang dirintisnya itu dengan mempekerjakan warga lokal. Bantuan itu juga membuatnya dapat mengembangkan usaha. Selain jumlah teripang yang ditampung lebih banyak, dia juga menerima nelayan yang menjual gurita dan lobster.

Saat ini, rata-rata perolehan teripang mencapai 70-200 kilogram (Kg) per bulan. "Hasil tangkapan sangat bergantung dengan kondisi cuaca," ujarnya seraya menyebutkan harga teripang sangat ditentukan oleh jenisnya dengan estimasi Rp 50 ribu-2 juta per Kg.

Asnawi mengatakan, penangkapan teripang dilakukan secara manual dengan kisaran kedalaman 50 centimeter hingga 10 meter. Saat ini, Asnawi sedang melakukan budidaya teripang pasir agar kapasitas produksi lebih terjamin. 

"Bibit kami peroleh dari Bali. Karena jenis ini memiliki nilai ekonomis yang tinggi," ujarnya

Usaha itu dimulai berkat kejelian Asnawi menangkap selera pasar. Teripang memang bukan makanan lazim yang dikonsumsi masyarakat, terutama di Aceh. Namanya kalah populer dari gurita yang menjadi sajian khas Kota Sabang saat diolah menjadi sate atau dicampur dengan makanan lain.

Selanjutnya »     Namun berbeda di luar Aceh. Makanan ini ...
Halaman: 1 2
Keyword:


Editor :
Indri

riset-JSI
Komentar Anda