Terkejut! Budayawan Akui Baru Dengar Ada Peninggalan Musala Tjoet Njak Dhien di Gayo
Font: Ukuran: - +
Reporter : Nora
Budayawan Aceh, Tarmizi A Hamid. [Foto: IST]
DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Mersah Paloh yang pernah jadi tempat tinggal Pahlawan Nasional Tjoet Njak Dhien selama di Kampung Celala Aceh Tengah, tidak lagi berfungsi sebagai "mersah" atau tempat ibadah sejak 2013. Pasalnya kondisi bangunan yang bocor dan rusak parah.
Mersah dalam bahasa Gayo adalah masjid kecil atau Musala, sedangkan Paloh berarti bawah. Jadi Mersah Paloh bermakna Musala bawah karena letaknya berada pada dataran lebih rendah. Tjoet Njak Dhien berada di sana sejak tahun 1900 hingga pertengahan 1901.
Berdasarkan keterangan dari Reje (Keuchik) Kampung Celala, Awaluddin mengatakan pihaknya pernah mengajukan permohonan merehabilitasi Mersah Paloh ke Pemerintah Provinsi Aceh, namun belum ada realisasi sampai sekarang.
Saat dikonfirmasi Dialeksis.com, Budayawan Aceh, Tarmizi A Hamid mengaku baru mendengar adanya tempat persinggahan pahlawan perempuan Tjoet Njak Dhien di tanah Gayo. Kemudian, harus dipastikan dulu apa benar bangunan tersebut peninggalan dari Tjoet Njak Dhien.
"Secara umum kalau itu memang cagar budaya apalagi tempat persinggahan Pahlawan sehingga dijadikan mushala, dengan jejak rekam sejarah beliau sebagai pahlawan nasional yang gagah berani, itu harus dilestarikan sesuai dengan Undang-undang No 11 tahun 2010 Cagar Budaya, apapun bentuknya harus dilestarikan terutama oleh pemerintah," jelasnya.
Ia menambahkan, jika bangunan itu tidak terbukti dan bukan cagar budaya itu bukan ranahnya Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB).
"Namun, kalau sebuah mushala itu sangat dibutuhkan oleh masyarakat dan jika diminta bantuan pada pemerintah itu harus merespon lebih jauh di Kabupaten Aceh Tengah," kata dia.
Jika Mersah Paloh itu benar cagar budaya, pihak BPCB beserta ahlinya harus turun ke lapangan dan merespon hal itu, serta masyarakat harus pro aktif.