Stigma Negatif Berimbas Minimnya Minat Masyarakat Belajar Bahasa Arab
Font: Ukuran: - +
Reporter : Akhyar
Dr. Zulhelmi. [Foto: Tangkapan layar webinar/Ist.]
DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Dalam rangka memperingati Hari Bahasa Arab Internasional, Jurusan Bahasa dan Sastra Arab Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry menggelar Webinar dengan tema "Peran Bahasa Arab Sebagai Bahasa Diplomasi, Ekonomi dan Politik," Jum'at (18/12/2020).
Hadir dalam acara Ketua Prodi Bahasa dan Sastra Arab UIN Ar-Raniry, Dr Zulhelmi yang didampingi dengan pemateri lainnya Akmaluddin, seorang lulusan Bahasa dan Sastra Arab angkatan 2011 yang saat ini juga sedang menekuni pendidikannya di Sudan. Kemudian, Webinar tersebut dipandu oleh seorang pemandu acara, Saryulis.
Zulhelmi mengatakan, dalam kurun waktu 10 tahun terakhir, perlakuan bahasa Arab di Indonesia berbanding terbalik dengan Malaysia membudidayakan bahasa Arab. Menurutnya, diperlukan revolusi mental untuk pembelajaran bahasa Arab di Indonesia.
"Kondisi mental dan alam bawah sadar pemuda Indonesia saat ini untuk belajar bahasa Arab berbeda dengan bahasa-bahasa lain, padahal jika kita lihat di PBB bahasa Arab dengan bahasa lainnya itu sama derajatnya," ujar Zulhelmi saat mengisi materi dalam Webinar.
Ia melanjutkan, tantangan Indonesia saat ini ialah bagaimana caranya menguasai Kementerian Luar Negeri RI (Kemenlu) dalam penguasaan bahasa Arab. Karena dari hasil survey yang dibacanya, Duta Besar (Dubes) di wilayah Timur Tengah 85 persen tidak bisa berbahasa Arab.
"Itu kelemahan negara kita, kita tidak bisa mengirim orang-orang ke Timur Tengah untuk berdiplomasi, sedangkan orang-orang barat gencar belajar bahasa Arab agar dapat menduduki sumber minyak di sana dengan cara berdiplomasi melalui pendekatan bahasa," katanya.
Kaprodi Bahasa dan Sastra Arab itu melanjutkan, banyaknya stigma negatif yang tersemat kepada bahasa Arab berimbas pada minimnya minat masyarakat Indonesia belajar bahasa Arab.
"Bahasa Arab kurang diminati, ada yang mengatakan itu bahasa miskin dan ada juga yang menyebut sebagai bahasa teroris. Kemudian, ada beberapa wilayah yang menghapus bahasa Arab dari kurikulum pelajaran," jelasnya.
Zulhelmi berharap, pada momentum hari Bahasa Arab Internasional ini supaya identitas bahasa Arab bisa kembali seperti sedia kala seperti masa-masa kejayaan Islam zaman dulu.
"Bahasa arab adalah bahasa Al-qur'an, bahasa agama, bahasa diplomasi dan juga bahasa ahli surga. Maka diharapkan semoga ke depannya makin banyak pemuda-pemuda dengan kesadaran tinggi mau melestarikan bahasa Arab di Indonesia dan juga memanfaatkan bahasa ini sebagai peluang diplomasi dengan wilayah Timur Tengah," pungkasnya. (AKH)