kip lhok
Beranda / Berita / Aceh / Refleksi Kemunculan Partai Baru Hari Ini, Akibat Dikecewakan?

Refleksi Kemunculan Partai Baru Hari Ini, Akibat Dikecewakan?

Sabtu, 06 November 2021 22:30 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Akhyar

Direktur The Aceh Institute Dr Fajran Zain [Foto: IST]


DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Menjelang kontestasi politik di Pemilihan Umum (Pemilu) 2024, banyak orang beramai-ramai mendirikan partai baru.

Ada partai yang dulu sempat vakum terus dihidupkan kembali, bahkan ada juga partai-partai dari kelompok buruh yang hari ini bermunculan.

Direktur The Aceh Institute Dr Fajran Zain mengatakan, fenomena lahirnya partai baru akhir-akhir ini merupakan kejadian biasa pada naik-turunnya sebuah demokrasi.

Ia mengatakan, dasar pemikiran pembentukan partai baru hari ini ialah dikarenakan pada ketidakpuasan masyarakat terhadap sistem yang berjalan.

"Mereka tidak senang pada sistem yang sedang berlangsung hari ini. Mereka tidak menemukan representatif aspirasinya dalam spektrum politik yang berjalan," ujar Dr Fajran kepada reporter Dialeksis.com, Banda Aceh, Sabtu (6/11/2021).

Fajran melanjutkan, landasan anggapan bahwa sebuah partai cukup mewakili apa yang dimau juga dibolehkan secara normatif.

Fajran mengatakan, berdasarkan Undang-undang Dasar 1945 pada Pasal 28 sebelum diamandemen disebut, 'Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang.'

Dalam artian, jelas Fajran, hak berserikat dan berkumpul merupakan hak semua orang.

Baginya, Fajran mengaku tak masalah dengan banyaknya partai yang ada sekarang. Akan tetapi, ia mempertanyakan akan sejauh mana partai baru ini bisa eksis dan menemukan momentum kebangkitan.

Ia mencontohkan semisal partai yang berjaya saat ini seperti Demokrat, Nasdem, PKB, Gerindra, PAN, dan PKS merupakan partai yang sanggup bertahan dari awal muncul bersamaan dengan puluhan partai lain di masa lalu.

Fajran mengatakan, partai-partai itu tadi mampu membangun basis dan karakternya masing-masing, sehingga di tingkat masyarakat para partai ini menjaring simpati dari pemilih.

Namun untuk mencari simpati pemilih, Fajran mengatakan, faktornya itu tak lepas dari faktor ketokohan. 

"Tokoh sentral atau orang dibelakangnya yang digadang-gadang di suatu parpol itu mampu menarik atensi masyarakat untuk menitip harapan dan aspirasi di partai tersebut," kata Fajran.

"Namun pertanyaannya, apakah mereka cukup punya kharisma, apakah ia mampu menarik simpati orang," sambungnya.

Fajran menegaskan, banyaknya partai di sebuah negara adalah refleksi dari ketidakpuasan rakyat terhadap sistem negara yang berjalan.

"Munculnya partai-partai baru merupakan bentuk dari protes dan perlawanan dari perilaku koruptif, oligarki yang sedang berlangsung di sebuah negara," pungkasnya.

Keyword:


Editor :
Alfi Nora

riset-JSI
Komentar Anda