Beranda / Berita / Aceh / Polda dan BNN Harus Bersinergi Tuntaskan Kasus Narkoba di Aceh

Polda dan BNN Harus Bersinergi Tuntaskan Kasus Narkoba di Aceh

Minggu, 14 Februari 2021 15:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Alfi Nora

Ketua IKAN, Syahrul Maulidi. [For Dialeksis]

DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Narkoba dan obat-obatan terlarang lainnya kini telah menjamah ke berbagai sektor, terutama peredaran yang masuk melalui jalur pantai timur dan sepanjang Aceh, ini sebenarnya bukan modus baru dan berulang kali terjadi. Sehingga tidak sedikit para generasi muda yang sudah tercemar.

Tentunya semua pihak harus berperan penting dalam melakukan pengawasan, sehingga nantinya setiap bandar dan pihak-pihak lainya yang bersangkutan dengan peredaran narkoba itu, bisa lebih mudah terdeksi.

Hal itu disampaikan oleh Ketua umum LSM Inspirasi Keluarga Anti Narkoba (IKAN), Syahrul Maulidi, saat dihubungi Dialeksis.com, Minggu (14/2/2021).

Syahrul menyayangkan, minimnya upaya atau langkah-langkah strategis yang dilakukan oleh pemerintah Aceh khususnya terkait dengan permasalahan masuknya narkoba melalui jalur-jalur pantai.

"Seharusnya pemerintah berkoordinasi dengan pihak berwajib, misal dengan polisi dan BNN harus bersinergi, karena sekarang ini kita melihat polisi bekerja sendiri, BNN sendiri. Belum adanya kekompakan diantaranya," ujar Syahrul.

Ia menambahkan, akibat kurangnya kepedulian terhadap persoalan ini, maka dengan mudahnya masuk narkoba dari luar melalui pintu-pintu jalur pantai. Hal itu berdampak terhadap regenerasi muda dan menjadi peringatan besar jangan sampai semakin banyak generasi yang rusak karena narkoba.

Saat ini, anak muda Aceh banyak yang menggunakan narkoba jenis sabu dan sudah menjadi kebutuhan mereka.

"Kami hadir di tengah masyarakat, di tempat rehabilitasi kami saat ini merehabilitasi mereka-mereka yang di usia produktif bahkan ada anak SMP yang sedang kami rehab, artinya begitu mudah mereka mendapatkan narkoba itu," ungkapnya.

Syahrul menyarankan, Pemerintah Aceh ini harus bergerak jangan hanya sekedar retorika kosong saja.

"Jangan hanya mengatakan Aceh darurat narkoba, namun tidak ada sama sekali langkah strategis yang dilakukan oleh pemerintah Aceh terhadap penanggulangan narkoba," tegasnya.

Seharusnya, pemerintah segera berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait konsolidasi dengan pemerintah daerah terutama daerah yang memang sudah diketahui ada jalur-jalur tikus masuknya narkoba melalui pantai.

"Sekarang mungkin masyarakat sekitaran pantai juga tidak berani menindak karena Lembaga terkait ini pun tidak kompak, tidak bersinergi, bagaimana masyarakat mau bergerak. Jadi coba pemerintah semua duduk Bersatu untuk menuntaskan permasalahan ini," sarannya.

Menurut Syahrul, narkoba ini sangat berbahaya bisa merusak susunan saraf otak/pusat bagi siapapun yang mengkonsumsinya.

"Kecenderungan dari sekian banyak orang yang mencoba, hanya 2 orang mungkin yang merasa tidak cocok dengan narkoba. Kebanyakan mereka tertarik dan candu," ungkap Syahrul.

Selain itu, bisnis di balik perdagangan barang haram itu juga sudah melibatkan anak-anak kecil, remaja, perempuan, untuk menjadi bagian dari sindikat dari pengedar kemudian menjadi kurir atau menjadi pemakai.

"Kami tahu karena ada rehabilitasi, kami menanyakan ke anak-anak itu bagaimana mereka bisa tergiur dengan narkoba ini, banyak sekali modus yang terjadi pada mereka. Terutama mereka ditawar, lalu disuruh mencoba kemudian seketika sudah ketergantungan mereka dijadikan bagian dari kurir," katanya.

"Mereka membeli tidak ada uang, kemudian mereka diberikan bonus jika mereka mengantarkan atau menjual narkoba yang diberikan oleh bandar ini. Sehingga mereka bisa dapatkan uang dan narkoba yang gratis," tambahnya.


Keyword:


Editor :
Fira

riset-JSI
Komentar Anda