kip lhok
Beranda / Berita / Aceh / Peninggalan Musala Tjoet Njak Dhien di Gayo Masih Diduga Sebagai Cagar Budaya

Peninggalan Musala Tjoet Njak Dhien di Gayo Masih Diduga Sebagai Cagar Budaya

Minggu, 07 November 2021 13:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Nora

Ikhwan Putra. [Foto: IST]


DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Staf Cagar Budaya dan Permuseuman Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Aceh Tengah, Ikhwan Putra menjelaskan Mersah Paloh yang pernah jadi tempat tinggal Pahlawan Nasional Tjoet Njak Dhien selama di Kampung Celala Aceh Tengah masih diduga sebagai cagar budaya.

Saat ini, Mersah Paloh itu tidak lagi berfungsi sebagai "mersah" atau tempat ibadah sejak 2013. Pasalnya kondisi bangunan yang bocor dan rusak parah.

Mersah dalam bahasa Gayo adalah masjid kecil atau Musala, sedangkan Paloh berarti bawah. Jadi Mersah Paloh bermakna Musala bawah karena letaknya berada pada dataran lebih rendah. Tjoet Njak Dhien berada di sana sejak tahun 1900 hingga pertengahan 1901.

Berdasarkan keterangan dari Reje (Keuchik) Kampung Celala, Awaluddin mengatakan pihaknya pernah mengajukan permohonan merehabilitasi Mersah Paloh ke Pemerintah Provinsi Aceh, namun belum ada realisasi sampai sekarang.

"Bangunan itu tetap masih seperti semula tapi tempatnya saja yang agak digeser, sebelumnya berada dipinggir sungai, masyarakat takut karena musim hujan bisa hanyut, lalu digeser sedikit agak lebih tinggi," ungkapnya kepada Dialeksis.com, Minggu (7/11/2021).

Ikhwan mengatakan, penyebab belum ditetapkan Mersah Paloh tersebut sebagai Cagar Budaya dikarenakan belum adanya Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) Kabupaten dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, pada dasarnya bangunan tersebut sudah jelas deskripsinya dan layak untuk diteliti.

"Tim ahli cagar budaya yang meneliti lalu dikeluarkan rekomendasi, baru ditetapkan sebagai Cagar budaya tingkat kabupaten kota, baru bisa diusulkan ke tingkat BPCB," jelasnya lagi.

Kampung celala merupakan lintas antara Aceh Tengah-Aceh Barat, diketahui suami Cut Nyak Dhien berasal dari Meulaboh, Teuku Umar.

"Makanya beliau bisa sampai ke Aceh Tengah, Sultan Aceh Darussalam dikejar-kejar oleh Belanda jadi lari ke daerah nosar Aceh Tengah, jadi pasukan Cut Nyak Dhien duluan menyisir perjalanan makanya mereka melintas lewat itu, artinya Mersah Paloh tempat persinggahan bukan markas," ungkapnya lagi.

Ia juga membeberkan, bangunan tersebut tidak difungsikan hanya saja dipindahkan atau digeser tetapi bahan-bahan dasarnya masih utuh.

"Sudah masuk ke dalam list Disdikbud, Kami menunggu TACB dulu, kemarin ada informasi kalau TACB-nya kemungkinan secepatnya bulan November ini selambat-lambatnya Desember, orang pusat akan turun menyeleksi karena nama TACB sudah kita usulkan, mudah-mudahan Januari sudah ada," tutupnya.

Keyword:


Editor :
Alfi Nora

riset-JSI
Komentar Anda