Beranda / Berita / Aceh / Penantian Panjang, Kapan Pandemi Covid-19 Berakhir?

Penantian Panjang, Kapan Pandemi Covid-19 Berakhir?

Minggu, 07 November 2021 11:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Nora

Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Wilayah Aceh, dr Safrizal Rahman. [Foto: Dialeksis]


DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Penambahan kasus Covid-19 harian per Sabtu, 6 November 2021 mencapai rekor terendah sepanjang 2021. Dari data Satuan Tugas Penanganan Covid-19, penambahan kasus harian hari Sabtu adalah 401.

Dengan penambahan ini, total jumlah kasus di Indonesia menjadi 4.247.721 kasus. Angka ini didapat dari 256.032 spesimen yang diperiksa. Adapun jumlah kasus aktifnya adalah 10.979 kasus, atau turun 236 kasus dari kemarin. 

Kasus-kasus baru infeksi virus corona penyebab Covid-19 masih terus dilaporkan, meski pandemi telah berlangsung selama hampir dua tahun. Pandemi dengan berbagai pembatasan untuk mencegah penularan, membuat banyak orang menantikan waktu ketika kehidupan bisa kembali normal.

Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Wilayah Aceh, dr Safrizal Rahman mengatakan tak yang tahu perjalanan dan pergerakan dari pada virus sars-cov 2 penyebab Covid-19.

"Kondisi Indonesia saat ini sangat baik, turunnya jumlah kasus di Indonesia yang terjangkit di seluruh negeri ini sangat baik. Tetapi ada indikator-indikator dimana masih perlu memperbaiki diri, contoh capaian vaksin, Aceh salah satu yang tertinggal capaian vaksin, Jakarta-Bali yang paling tinggi, Aceh secara angka pencatatan resmi itu sekitar 31 persen walaupun berbeda cakupannya di seluruh kabupaten kota," ujarnya kepada Dialeksis.com, Minggu (7/11/2021).

Lanjutnya, dengan kondisi 31 persen itu tentu masih banyak potensi, dimana virus jika terkena pada seseorang masih bisa mengakibatkan sesuatu yang berat dan gawat.

Menurut Safrizal, yang harus dilakukan saat ini, Indonesia harus menutup diri dari pintu masuk dan harus dibatasi. Ia menyontohkan, seandainya virus di Indonesia sudah mampu dikuasai walaupun tidak hilang tetapi bukan virus yang notabene aneh-aneh, karena jika melihat negara Singapura mulai lagi naik lonjakan kasusnya, termasuk Inggris.

"Itu artinya di dalam negeri kita ini sudah bisa dilindungi, tertutup dari virus varian sarscov-2. Untuk itu, maka jalur masuknya perlu ditahan," ungkapnya.

Ia tak khawatir dengan jalur masuk resmi, seperti bandara yang memberlakukan sekian banyak protokol kesehatan mulai dari tes Swab, surat vaksin dan wajib karantina.

Namun, di sisi lain, jalur masuk tikus itu yang sangat berbahaya, contoh kapal-kapal selundupan, banyak orang-orang yang masuk lewat jalur tidak resmi seperti menyebrang dari negeri seberang lewat Batam. Hal itu perlu ditindaklanjuti karena dapat munculnya virus-virus varian baru yang cepat beredar dan meledak kembali.

"Terkait vaksin tetap harus ditetapkan, walaupun kasus kita kurang, Prokes itu tetap melekat pada diri kita, kalau saya kemana-mana nggak pakai masker malah risih," katanya.

Ia menegaskan, posisi Indonesia saat ini belum musnah dan masih bisa dikendalikan. Salah satunya dengan mengendalikan manusia-manusia yang membuat pemerintah perlu berpikir untuk menyiapkan strategi-strategi di saat manusia sulit untuk dikendalikan.

Misal, momentum tahun baru atau perayaan hari besar itu agak sulit dikendalikan. Untuk itu, pemerintah harus berupaya agar pergerakan manusia bisa berkurang.

"Upaya itu tentu sudah populer di masyarakat, dalam arti kata mereka tidak suka kenapa dihalangi kan kasus sudah turun," kata dia.

Lanjutnya, Virus tidak mengenal kasus sudah turun, pada saat dia capai di tempat akan meledak lagi, namun perlu disyukuri varian baru yang terlihat diluar yang dilaporkan itu jangan menjadi sesuatu yang gampang masuk ke Aceh sehingga terjadi lonjakan.

"Potensi lonjakan gelombang ketiga tentu masuk sangat besar di Indonesia bahkan sebagian negara sudah berada di gelombang ke empat, harus kita waspadai potensi itu dengan tetap prokes, mengurangi mobilitas," tutupnya.


Keyword:


Editor :
Alfi Nora

riset-JSI
Komentar Anda