Beranda / Berita / Aceh / Pegiat Literasi Herman RN Sampaikan Cara Meningkatkan Minat Baca di Aceh

Pegiat Literasi Herman RN Sampaikan Cara Meningkatkan Minat Baca di Aceh

Selasa, 09 Februari 2021 09:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Akhyar

Pegiat Literasi, Herman RN. [IST]

DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Pegiat Literasi, Herman RN mengatakan, minat literasi masyarakat Aceh pada umumnya lebih rendah jika dibandingkan dengan pengguna media sosial.

Ia berujar, untuk berupaya mendorong minat literasi di masyarakat Aceh, perlu dicerahkan dengan sebuah regulasi.

"Pemerintah harus memiliki regulasi yang mengatur anak-anak sekolah memiliki jam tertentu untuk berkunjung ke perpustakaan dengan meninggalkan gadget misalnya," ujar Herman saat dihubungi Dialeksis.com, Senin (8/2/2021).

Ia melanjutkan, jika edukasi literasi nya berbentuk digital, maka harus ada regulasi untuk mengatur waktu tertentu bagi anak-anak di Aceh. 

"Misalkan diberi informasi tertentu di internet, melalui e-pustaka dan sebagainya, sehingga ada keinginan si anak untuk membaca," katanya.

Herman kemudian menganalogikan keinginan peningkatan literasi di Aceh itu sama hal nya seperti mengenalkan sebuah produk kepada konsumen.

Artinya, harus ada regulasi yang mampu mengemas literasi sehingga menjadi pusat perhatian yang memang benar-benar disukai masyarakat.

"Perlu dikemas e-pustaka Aceh itu misalnya dengan mengubah tampilan-tampilanya. Kalau memang tampilannya itu masih sama seperti website lainnya, harus ada sesuatu yang menarik, orang tidak akan berkunjung ke e-pustaka kalau tidak menarik. Kalau tidak ada yang berkunjung, sudah pasti minat baca jadi berkurang," jelasnya.

Ia mengatakan, tampilan internet adalah cikal bakal atau pengaruh pada jumlah pengunjung suatu laman. 

Sementara itu, Herman mengatakan, Pemerintah Aceh sebenarnya sudah berusaha memunculkan e-pustaka Aceh yang terhubung dengan Perpustakaan Nasional.

Akan tetapi, lanjutnya, e-pustaka Aceh yang sekarang ini hanya berisi kumpulan buku-buku, tak jauh beda dengan fisik perpustakaan pada umumnya, namun yang jadi penengah hanyalah buku-buku yang berbentuk digital.

Pegiat literasi itu mengatakan, kondisi masyarakat Aceh saat ini jika berkaitan dengan buku memang tak bisa digeneralkan, karena umumnya masyarakat Aceh lebih dekat dengan lisan.

Seharusnya, lanjut dia, program-program seperti e-pustaka itu bisa menjadi iklan kegemaran masyarakat dengan cara menampilkan tema laman yang kreatif.

"Misalnya jika ingin menampilkan tentang cerita rakyat, maka perlu dilengkapi dengan gambar-gambar atau karikatur. Ketika mereka sudah kenal dengan gambar, anak-anak ini sudah mulai klik-klik gambar, nanti dengan sendirinya dia akan terarahkan secara pelan-pelan," jelasnya.

Selain itu, Herman mengatakan, kontribusi orangtua begitu signifikan dalam menumbuhkan karakter peduli literasi pada anak-anak. Terutama bagi anak-anak yang masih berada di bangku Sekolah Dasar (SD) atau sederajat.

"Anak-anak harus dikontrol juga, bukan dikasih gadget untuk bermain gim atau belajar karena adanya tugas sekolah. Tetapi, bagaimana mengelola waktu si anak. Tidak perlu banyak, cukup 30 menit saja per hari khusus untuk membaca teks tertentu, diajak anak-anaknya. Karena kalau masih SD masih mudah untuk dikontrol," pungkasnya.

Keyword:


Editor :
Fira

riset-JSI
Komentar Anda