Konsumen Warung Nasi Kambing Lem Bakrie Masih Gunakan Layanan Bank Konvensional
Font: Ukuran: - +
Reporter : Nora
Bakrie, pemilik warung nasi kambing Lem Bakrie. Warung makan ini terletak di Jalan Prof Ali Hasyimi, Lamteh, Kecamatan Ulee Kareng, Kota Banda Aceh. [Foto: dok Dialeksis]
DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Pemilik warung nasi kambing Lem Bakrie yaitu Bakrie mengatakan, selama ini masih sangat banyak konsumennya yang menggunakan bank konvensional ketika bertransaksi.
Hal itu merespons perihal erornya layanan BSI berapa hari belakangan ini. Sejak gangguan itu, banyak pihak meminta kepada pemerintah pusat untuk mengembalikan bank konvensional untuk beroperasi kembali di Aceh, di samping adanya bank syariah.
“Disini jelas penikmat kuliner saya masih nyaman serta kemudahan bertransaksi dengan bank konvensional, artinya saya selaku pelaku usaha masih menggunakan bank konvensional dan sistem transaksi gunakan mesin tangan (Electronic Data Capture atau disingkat EDC),” jelasnya kepada Dialeksis.com, Senin (15/5/2023).
Sebagai pelaku usaha, Bakrie menjelaskan, dirinya bukan pada pilihan mendukung atau tidak mendukung kembalinya bank konvensional di Aceh. Tetapi untuk kemudahan dan kebutuhan layanan penikmat kuliner kambing itu, dirinya jelas harus memenuhi agar memudahkan transaksi perputaran modalnya.
Tak heran, Lem Bakrie menjadi langganan para pejabat. Bahkan, Presiden Joko Widodo (Jokowi) sudah tiga kali singgah.
Nama resminya, sesuai dengan yang tertera di papan, adalah Warung Nasi Kambing Lem Bakrie. Namun, rumah makan yang berdiri sejak 2013 itu tidak hanya menyediakan olahan daging kambing. Banyak menu lain yang rasanya bikin ketagihan.
Kendati masih berumur 9 tahun, Lem Bakrie sangat populer di Aceh. Maklum, pelanggan rumah makan tersebut adalah para pejabat. Mulai pejabat Aceh sampai ibu kota.
Ia berharap, apapun sistem perbankan hal terpenting layanan dan kemudahan, serta cara memberikan yang terbaik. Percuma jika bank syariah atau konvensional tidak melakukan hal itu pastinya ditinggalkan nasabahnya.
“Tidak menutup kemungkinan masyarakat akan lebih percaya kepada bank konvensional dari pada bank syariah jika layanan dan perlakuan lebih baik konvensional dari pada bank syariah,” ungkapnya.
Ia menegaskan, dirinya bukan memilih harus ke bank syariah atau konvensional tetapi lebih kepada melihat kebutuhan nasabah atau pengguna.
“Jika perlu lakukan survei objektif sehingga jelas data dan informasi apakah menginginkan bank konvensional masih di Aceh atau tidak,” pungkasnya. (Nor)