Beranda / Berita / Aceh / Kepala ARC-USK Sebut Parfum Tidak Efektif untuk Hilangkan Bau Badan

Kepala ARC-USK Sebut Parfum Tidak Efektif untuk Hilangkan Bau Badan

Minggu, 20 November 2022 08:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Nora

[Kepala Atsiri Research Center (ARC)-PUIPT Nilam Aceh Universitas Syiah Kuala (USK) Dr. Syaifullah Muhammad. Foto: doc pribadi]


DIALEKSIS.COM | Aceh - Parfum tidak efektif untuk bau badan, karena penyebab utama bau badan adalah bakteri yang kemudian bisa berkembang dalam keringat yang dikeluarkan oleh tubuh. Bau badan terjadi karena interaksi kuman dengan keringat. 

Demikian disampaikan Kepala Atsiri Research Center (ARC)-PUIPT Nilam Aceh Universitas Syiah Kuala (USK) Dr. Syaifullah Muhammad, saat diwawancarai Dialeksis.com, Minggu (20/11/2022). 

“Keringat menjadi media tumbuh bakteri sehingga berkembang menjadi lebih banyak. Beberapa makanan juga berpotensi memicu aroma berlebihan bagi tubuh seperti bawang, kari, keju, kafein, kambing dll jika dikonsumsi berlebihan,” jelasnya. 

Namun, kata dia, interaksi dengan kumanlah yang menyebabkan baunya menjadi begitu mengganggu. Karena itu parfum, kurang tepat untuk menghilangkan bau badan. 

“Bisa dibayangkan aroma yang terbentuk akibat paduan bakteri dan parfum, bisa lebih mengganggu. Karena parfum (EDP, EDT, EDC dll) mengandung pelarut yang juga volatil (mudah menguap) serta menyengat seperti alkohol (etanol),” jelasnya lagi. 

Lebih lanjut, kata dia, yang lebih tepat adalah deodoran atau antiperspirant, karena mengandung zat aktif anti kuman. 

“Deodoran selain mengandung aroma pewangi (fragrant, perfume) juga mengandung bahan antiseptic. Ada bermacam bahan kimia yang bersifat anti septik seperti Chlorhexidine, Hidrogen Peroxide, Quaternary Ammonium, Turunan fenol terhalogenasi dan turunan quinolone,” ungkapnya. 

Selain deodoran, lanjutnya, jika terpaksa bisa juga penggunaan antiperspirant, tetapi dengan control yang tepat dari ahli. Zat ini membantu mengurangi perspirasi atau keluarnya keringat ke permukaan kulit secara berlebihan. Produk antiperspirant biasanya juga dikombinasi dengan pewangi (fragrant). 

“Namun, produk ini perlu kontrol agar tidak menimbulkan efek samping karena penggunaan yang berlebihan, seperti alergi dan efek lainnya,” ucapnya. 

Namun demikian, beberapa parfum yang menggunakan atsiri (essential oil) dengan konsentrasi yang tepat bisa berfungsi sebagai parfum sekaligus anti kuman. 

“Karena dalam atsiri, seperti nilam, pala, sere wangi, kayu putih dan lain lain, banyak komponen kimia alami yang berfungsi sebagai anti kuman. Jadi selain harum, dia juga berfungsi sebagai pembunuh kuman yang ada di badan,” terangnya. 

Contoh, lanjutnya, Parfum Nilam EDP yang dikembangkan ARC-USK, menggunakan fraksi berat minyak nilam Aceh yang telah diproses secara distilasi molekuler dan ditingkatkan kadar Patchouli Alkoholnya hingga 60%. 

ARC telah meneliti dan memeriksa di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran USK, bahwa minyak nilam ini selain sangat efektif menjadi fixative parfum juga terbukti membunuh kuman. 

“Namun, parfum yang beredar di Aceh banyak yag tidak menggunakan minyak nilam yang telah dipurifikasi ini,” ungkapnya. 

ARC telah memeriksa beberapa parfum yang diklaim pakai minyak nilam, setelah diperiksa dengan Instrumen GCMS (Gas Chromatography Mass Sprectroscopy) ternyata kandungan Patchoulinya tidak terdeteksi sama sekali, artinya tidak menggunakan minyak nilam. 

Karena itu, kata Syaifullah, sesungguhnya yang terbaik adalah menjaga kebersihan dengan mandi secara teratur menggunakan sabun. Setelah itu baru pakai parfum dan atau deodorant.

Keyword:


Editor :
Redaksi

riset-JSI
Komentar Anda