Jurnalis Perempuan Aceh Dibekali Pemahaman Isu Lingkungan
Font: Ukuran: - +
Sebanyak 10 jurnalis perempuan di Aceh dibekali pengetahuan isu lingkungan dalam perspektif perempuan. [Foto: Ist]
DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Sebanyak 10 jurnalis perempuan di Aceh dibekali pengetahuan isu lingkungan dalam perspektif perempuan. Keberadaan jurnalis perempuan diharapkan pemberitaan lingkungan dari mata perempuan semakin masif.
Hal tersebut mengemuka dalam diskusi yang digelar oleh Forum Jurnalis Lingkungan (FJL) bersama Yayasan Hutan, Alam dan Lingkungan Aceh (HAKA), di Kantor Yayasan HAKA, Senin, (01/11/2021).
Diskusi yang bertema “Jurnalis Perempuan Aceh Hadir untuk Kawasan Ekosistem Leuser” ini dipandu oleh Koodinator FJL Zulkarnaini Masri, diskusi diikuti oleh jurnalis perempuan dari berbagai media di Aceh, juga disaksikan secara virtual melalui zoom meeting.
Adapun pembicara dalam diskusi tersebut yaitu Community Conservation HAKA, Rubama dan pewarta foto yang juga penulis buku hutan, Regina Septiarini Safri.
Rubama menjelaskan Leuser yang membentangi dua provinsi paling barat di Indonesia, Aceh dan Sumatera Utara, adalah kawasan ekologi yang berharga.
Lanjut Rubama yang akrab disapa Ru itu isu terkait perlindungan sumber daya alam dan pelestarian lingkungan, terutama di Kawasan Eksosistem Leuser, tentu tidak akan terlepas dari peran perempuan.
Menurut Rubama selama ini tidak banyak jurnalis perempuan yang menjadikan isu lingkungan sebagai prioritas liputan.
“Peran perempuan dalam konservasi, jarang mendapat perhatian. Padahal kelompok perempuan menghadapi dampak yang paling signifikan dari kerusakan lingkungan,” tuturnya.
Rubama, peraih Prakarsa Kehati Award 2020 ini juga memfasilitasi kelompok perempuan
melindungi kawasan hutan melalui konsep Community Patrol Team: Women’s Ranger atau MpU Uteun, yaitu sekelompok ibu di Desa Damaran Baru, Kabupaten Bener Meriah, menjadi penjaga hutan alias ranger. Mereka berpatroli keluar masuk hutan, menghadapi para perambah hutan, dan pelaku penebangan liar.
Untuk itu, Ia mendorong agar jurnalis perempuan dapat berkontribusi di dalam isu-isu konservasi alam tersebut.
“Diskusi-diskusi ini diharapkan akan menghasilkan rencana kegiatan lanjutan untuk meningkatkan partisipasi jurnalis perempuan dalam mengadvokasi isu-isu lingkungan,” tambahnya.
Sementara itu, Regina Septiarini Safri yang akrap disapa Rere ini memadukan dunia fotografi dan kecintaannya akan alam. Ia kerap menggaungkan kampanye penyelamatan hutan dan ekosistem serta satwa liar yang ada di dalamnya dengan menelusuri hutan di Kalimantan Timur, dan Sumatera.
Rere menyaksikan bagaimana hutan-hutan di Kalimantan maupun Sumatera sudah mulai rusak. Kemudian Rere menuliskan pengalaman dan menggambarkannya lewat foto dan menerbitkan beberapa buku.
Dalam pertemuan itu FJL dan HAkA akan berkolaborasi untuk mengangkat isu lingkungan dari kacamata perempuan. []