kip lhok
Beranda / Berita / Aceh / Ir Jefri Rosiadi : Propinsi Aceh Lumbung Energi Baru Terbarukan

Ir Jefri Rosiadi : Propinsi Aceh Lumbung Energi Baru Terbarukan

Kamis, 08 Oktober 2020 20:15 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Baga/Biyu

Ir Jefri Rosiadi, General Manajer (GM) PT PLN Persero Wilayah Aceh


DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Apakah Aceh memiliki potensi energi baru yang terbarukan? Sejauh mana kekuatan yang dimiliki provinsi ujung barat pulau Sumatra ini dalam persoalan energy baru? Dialeksis.com secara khusus meminta penjelasan Ir Jefri Rosiadi, General Manajer (GM) PT PLN Persero Wilayah Aceh.

Menurut Jefri menjawab Dialeksis.com, Kamis (08/10/2020) menjelaskan, Provinsi Aceh memiliki potensi besar energi baru terbarukan. Alamnya yang berbukit dalam pelukan gunung, dihiasi dengan hamparan sungai merupakan sumber potensi pembangkit listrik hydro. Bahkan hasil yang dicapai mencapai sebesar 5.572 MW.

“Disisi lain, potensi panas bumi (geothermal) juga tidak kalah besarnya. Potensi geothermal Aceh apabila dikonversi ke dalam energi listrik, akan menghasilkan listrik geothermal mencapai sebesar 1.115 MW,” sebut GM PT PLN Aceh ini.

Selain itu, sebutnya, ternyata Aceh juga memiliki kekayaan perkebunan sawit yang sangat luas. Sawit-sawit ini layak dikembangkan untuk Pusat Listrik Tenaga Biomasa/Gas (PLTBm/Bg),” kata Jefri.

Ketika disingung soal potensi lainya, Jefri memberikan penjelasan, selain hydro dan biomasa, ternyata Aceh juga memiliki potensi angin. Kecepatan angin di Propinsi Aceh cukup besar, baik di perbukitan maupun di pantai.

Hasil beberapa studi potensi angin di Aceh dapat dikembangkan menjadi Pusat Listrik Tenaga Bayu (PLTB), jelasnya.

“Potensi yang sangat besar itu merupakan sumber kekuatan baru dan terbarukan untuk Aceh. Melihat potensi ini, kami PLN sangat mendukung pengembangan energi terbarukan, karena menjadi energi bersih (clean energy),” jelasnya.

Menurut GM PT PLN Wil Aceh ini, beberapa pembangkit listrik terbarukan sudah ada yang beroperasi. Ada juga yang masih dalam tahap kontruksi dan pengadaan. Skema kepemilikan juga bermacam-macam, ada proyek pembangkit yang milik PLN, ada pola kerjasama dengan swasta melalui skema IPP dan Excess Power.

Jefri menjelaskan, pembangkit energi baru terbarukan yang sudah beroperasi antara lain; PLTM Krueng Isep, PLTM Angkup, PLTM Seupakat, PLTM Nengar, PLTM Aih Selah, PLTM Marpunge, dan PLTM Krueng Kala. Total kapasitas pembangkit mini hydro yang sudah beroperasi tersebut mencapai 14,3 MW.

“Beberapa pembangkit sedang tahap konstruksi yaitu; PLTA Peusangan 1 & 2 Kapasitas 88 MW, PLTM Lawe Sikap di Kutacane kapasitas 7 MW. Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa Sawit (PLTBm) Tanjung Seumantoh Kapasitas 9,8 MW. PLTP (Geothermal) Jaboi Kapasitas 10 MW. Pembangkit yang telah berkomitmen berkontrak dengan PLN tetapi belum mencapai tahap proses konstruksi total kapasitas 48 MW,” katanya.

Ada lagi yang tidak kalah menariknya,jelas Jefri, provinsi paling ujung barat pulau Andalas ini sudah sudah memiliki Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di Sinabang 100 KWp dan PLTS Sabang 350 KWp, dimana pembangunannya diresmikan oleh Kementerian ESDM.

“Saat ini terdapat 24 pesantren di Provinsi Aceh yang menggunakan PLTS Rooftop total kapasitas 308,5 kwp yang sinkron dengan jaringan PLN,” ucap Jefri.

GM PT Persero PLN ini menyatkan, pihaknya siap bersinergi terkait pengembangan energy baru terbarukan untuk memenuhi kebutuhan energi di Aceh, karena manfaatnya sangat besar. Energi baru terbarukan itu bersifat ramah lingkungan.

Karena sifatnya ramah lingkungan, sehingga potensi pemanasan global (global warming) bisa diturunkan. Energi baru dan terbarukan dalam pengelolaannya membutuhkan suatu teknologi, dengan kata lain sebagai investasi teknologi.

Sebab dalam memproses energi baru terbarukan dengan jangka waktu yang panjang akan selalu dikembangkan untuk menghasilkan energi dari hasil alam yang tidak akan habis, katanya.

Menurut Jefri, investasi teknologi dimasa yang akan datang akan semakin membuat pengelolaan energi terbarukan menjadi lebih murah dan efisien. Kontinuitas pasokan yang lebih lama, karena tidak mengandalkan bahan baku dari energi fosil.

Peluang mengembangkan energi baru terbarukan di Aceh salah satuanya adalah jenis pembangkit hydro. Sifatnya dapat beroperasi secara load follower , mengikuti perubahan beban, start-up yang cepat, serta terdapat sungai-sungai yang memilki potensi pemanfaatan energi cukup besar.

“Namun tidak menutup kemungkinan pembangkit biomasa, PLTP dan pembangkit “pembangkit lain dengan kemajuan teknologi terkini memiliki potensi untuk dikembangkan,” sebutnya.

Aceh daerah kaya akan potensi listrik. Kini kembali kepada kita bagaimana memanfaatkan potensi yang sudah di anugerahkan Tuhan ini untuk kesejahteraan umat, kata Jefri. (baga)

Keyword:


Editor :
Redaksi

riset-JSI
Komentar Anda