kip lhok
Beranda / Berita / Aceh / Heboh Dua Makam Syekh Abdurrauf, Sejarawan Aceh Jaga Fakta Melestarikan Sejarah dan Budaya

Heboh Dua Makam Syekh Abdurrauf, Sejarawan Aceh Jaga Fakta Melestarikan Sejarah dan Budaya

Minggu, 26 Februari 2023 12:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Zulkarnaini

Herman RN Dosen FKIP Universitas Syiah Kuala


DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Berita terkait dua lokasi makam makam Syekh Abdurrauf As Singkili sedang menjadi viral di kalangan masyarakat. Satu lokasi berada di Aceh Singkil dan yang satunya lagi di Syiah Kuala, Banda Aceh.

Kedua lokasi makam ini banyak dikunjungi oleh peziarah dan menjadi sebagai wisata religi. Makam yang berada di Aceh Singkil berlokasi di bibir sungai Singkil, sementara makam yang berada di Syiah Kuala Banda Aceh berada di bibir pantai Gampong Syiah Kuala. 

Sejarawan dan arkeolog Aceh menyatakan bahwa makam Syekh Abdurrauf As Singkili yang benar berada di Gampong Deah Raya, Kecamatan Syiah Kuala, Kota Banda Aceh. 

Selain makam Syekh Abdurrauf As Singkili, terdapat beberapa makam ulama dan cendekiawan zaman dulu yang diyakini terdapat di dua tempat. Seperti misalnya Hamzah Fansuri yang selain ada di Ujong Pancu Ulee Lheue, juga disebut-sebut ada di Subulussalam.

Hal ini menunjukkan pentingnya peran sejarawan dalam meneliti dan memastikan kebenaran dari berbagai informasi sejarah yang tersebar di masyarakat. 

Menurut Herman RN Dosen FKIP Universitas Syiah Kuala, sejarawan Aceh memiliki tanggung jawab dalam meluruskan berbagai kesalahpahaman dan kesalahinterpretasian sejarah yang dapat mempengaruhi persepsi masyarakat mengenai sejarah Aceh.

"Sejarawan Aceh harus meluruskan ini semua agar generasi Aceh ke depan tahu mana yang benar,” kata Herman RN.

Sebagai bagian dari upaya memperbaiki kesalahan sejarah, perlu dilakukan penelitian yang mendalam dan pengumpulan bukti-bukti yang kuat untuk memastikan kebenaran dari berbagai informasi sejarah. Dengan demikian, generasi Aceh ke depan dapat memahami sejarah Aceh secara benar dan tepat.

Selain itu, tindakan pemerintah dalam membangun Tugu Islam Nusantara di Sumatera Utara juga perlu dikaji secara mendalam oleh sejarawan untuk memastikan bahwa sejarah tentang gerbang Islam pertama di Nusantara tetap terjaga dan tidak terdistorsi. 

"Ini semua harus diluruskan oleh sejarawan. Artinya, PR sejarawan itu masih banyak,” ujar Herman RN.

Dalam hal ini, peran sejarawan Aceh sangat penting untuk menjaga dan melestarikan warisan sejarah Aceh yang berharga bagi bangsa dan negara.

Keyword:


Editor :
Zulkarnaini

riset-JSI
Komentar Anda