Event Pacuan Kuda di Tanah Gayo Tersimpan Masalah
Font: Ukuran: - +
Reporter : Nora
Pemerhati Kopi Gayo dan Direktur Eksekutif Ramung Institute, Waladan Yoga. [Foto: ist]
DIALEKSIS.COM | Aceh Tengah - Event pacuan kuda tradisional yang sudah menjadi Budaya turun temurun di tanah Gayo, utamanya Pacuan Kuda Tradisional Gayo dalam rangka memperingati HUT ke 77 Kemerdekaan RI Tahun 2022 ini.
Pacuan Kuda merupakan Pagelaran Budaya yang sudah rutin kita laksanakan, sebanyak dua kali dalam setahun khususnya di Kabupaten Aceh Tengah, yaitu pada peringatan HUT RI di Bulan Agustus dan untuk memperingati HUT Kota Takengon setiap Bulan Februari, dengan menghadirkan kuda-kuda pilihan dari tiga Kabupaten, yaitu Kabupaten Aceh Tengah, Gayo Lues dan Kabupaten Bener Meriah.
Pemerhati Kopi Gayo dan Direktur Eksekutif Ramung Institute, Waladan Yoga mengungkapkan, kondisi di lapangan pada saat kegiatan pacuan kuda berlangsung penuh dengan segudang masalah.
“Kondisi lapangan setiap tahun semrawut, tidak tertata dengan baik, itu menjadi persoalan serius,” ungkapnya saat diwawancarai Dialeksis.com, Sabtu (27/8/2022).
Pasalnya, kata dia, masih belum maksimalnya dari segi pengelolaan sampah di tempat acara, masih minim penempatan air bersih, dan tempat ibadah juga masih belum layak.
Selain itu, kata Yoga, masyarakat sekitar lapangan pacuan kuda juga mengalami keributan terkait pengelolaan parkir. Masyarakat setempat meminta mereka yang mengelola parkiran.
Hal itu menyebabkan, Pendapatan Asli Daerah (PAD) mengalami ketidakjelasan.
Yoga mengatakan, event pacuan kuda ini langsung dikerjakan oleh Dinas Pemuda dan Olahraga Aceh. Padahal, lanjutnya, secara aturan Dispora harus melepaskan kepada Event Organizer (EO).
“Event ini tidak ada kolaborasi dengan Dinas Pariwisata, murni dikelola dinas pemuda dan olahraga,” terangnya.
Sebelum dikelola Dispora, kata Yoga, kegiatan pacuan kuda di tanah Gayo dikelola Dinas pariwisata.
“Karena pacuan kuda bagian dari olahraga makanya dilimpahkan ke Dispora, harapannya, setelah itu dipecah bisa menjadi lebih baik ternyata sama saja hancur juga pelaksanaannya semrawut,” pungkasnya.[Nor]