Beranda / Berita / Aceh / Demi Selesaikan Pendidikan di USK, Mahasiswa/I Papua Sudah Berjuang Sangat Maksimal

Demi Selesaikan Pendidikan di USK, Mahasiswa/I Papua Sudah Berjuang Sangat Maksimal

Selasa, 07 Desember 2021 14:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : fatur

Kepala Biro Kemahasiswaan dan Alumni Universitas Syiah Kuala (USK), Dr. drh. Mustafa Sabri, M.P. [Foto: Ist]


DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Kepala Biro Kemahasiswaan dan Alumni Universitas Syiah Kuala (USK), Dr. drh. Mustafa Sabri, M.P. mengatakan program beasiswa Afirmasi untuk Mahasiswa/i Papua itu sudah ada sejak lama.

“Namun mahasiswa/i yang berasal dari Papua ini sudah ada sejak tahun 2012 di USK sampai sekarang, totalnya semua itu 46 orang di berbagai Fakultas,” sebutnya kepada Dialeksis.com, Selasa (7/12/2021).

Dirinya menjelaskan, Beasiswa ini langsung dari Kementerian, jadi prosesnya itu mereka mendaftar di Papua, kemudian dari Papua itu mengirim ke Kementerian, setelah itu Kementerian membagi ke seluruh Indonesia.

Dirinya mengatakan, untuk tahun terakhir kemarin itu ada 4 orang yang berasal dari Papua lewat program Afirmasi, sisanya itu 20 orang asal 3T (Terluar, Termiskin, dan Tertinggal) dan itu semua di anggap program Afirmasi.

“Jadi seleksi ini langsung di Kementrian, bukan di pihak kampusnya. Jadi di Pusat itu akan dibagi kuota, misalnya ada 20 orang, jadi kita pilih mahasiswa/i nya, jadi kita siap menerima yang maksudnya apa yang menjadi keputusan dari Kementerian bahwa misal, untuk pemilihan di USK itu misalnya 10 orang, kita pilih diantara 20 orang itu, kita pilih 10 orang untuk mahasiswa/i di USK, dan bisa saja itu lebih, tapi atas keputusan Kementerian,” sebutnya.

Mustafa Sabri mengatakan, “Alhamdulillah, selama ini adik-adik Papua yang menempuh pendidikan di USK itu bagus semua, berjuang sangat maksimal, kita juga terus mensupport dari belakang, dan dari pemerintah Papua mengapresiasi, bahwa adik-adik Papua disini baik-baik semua,” ungkapnya.

Kemudian, Mustafa Sabri mengatakan, selama adik-adik Papua di Aceh mereka berubah drastis, karena mereka juga mengikuti kearifan lokal di Aceh.

“Selama di Aceh mereka tidak melakukan hal-hal yang merugikan diri mereka sendiri, secara Agama mereka lebih aktif dan lebih dalam beribadah, setiap Sabtu-Minggu mereka juga ke Gereja juga. Dan sebenarnya dengan adanya Qanun kita mereka juga tidak melakukan hal-hal yang melanggar syariat Islam, seperti minum-minum, hura-hura, dan sebagainya, dari mereka sendiri saja sudah menjadi pribadi yang lebih baik disini,” ujarnya.

Mustafa Sabri juga mengatakan, bahkan di Gereja itukan ada Pamongnya, jadi dengan itu bisa sinergis. “Apa-apa itu langsung mengadu ke asrama, dan asrama itu langsung dibawah USK, jadi bisa sinergislah dengan anak Papua,” pungkasnya. [ftr]

Keyword:


Editor :
Alfatur

riset-JSI
Komentar Anda