“Sosok yang bakal menjadi pemimpin seharusnya sudah bisa dilihat dari sifatnya, jadi para pemilih sudah bisa menentukan mana pemimpin yang ideal. Seperti umat islam, memilih sesuai yang menerapkan syariat islam,” katanya. 

Secara gamblang, dia mengkhawatirkan pada proses pemilihan selanjutnya ditakutkan banyak memiliki kejanggalan-kejanggalan yang mungkin akan terjadi lagi yakni tahun 2024.

“Oleh karena itu, calon pemimpin yang hanya mementingkan pribadinya akan diketahui oleh masyarakat. Sehingga tidak perlu terlalu banyak melakukan pencitraan,” ucapnya. 

Hal yang ditakuti, pemimpin yang namanya akan dicalonkan, dalam system demokrasi sekarang melakukan kampaye membutuhkan dana yang besar, oligarki, dan orang yang mau mendanai.

“Sehingga akan ada ‘deal’ yang bisa menjerumus pemimpin yang dianggap baik bahkan dikendalikan oleh yang mendanai,” tukasnya. 

Hal ini yang bisa menjadikan pemimpin tersebut setelah terpilih, mereka bukan bekerja untuk masyarakat, melainkan untuk golongan yang membantunya saat kampanye saja.