Beranda / Berita / Aceh / AJI Lhokseumawe Gelar Nobar dan Diskusi Film A Thousand Cuts

AJI Lhokseumawe Gelar Nobar dan Diskusi Film A Thousand Cuts

Sabtu, 06 November 2021 13:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Agam k
Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Lhokseumawe menggelar acara nonton bareng dan diskusi film A Thousand Cuts. [Foto: Tangkapan Layar]

DIALEKSIS.COM | Lhokseumawe - Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Lhokseumawe menggelar acara nonton bareng dan diskusi film A Thousand Cuts, di Aula Meurah Silu Universitas Malikussaleh, Lhokseumawe, Sabtu (6/11/2021).

Ketua panitia, Saiful Bahri, mengatakan nonton bareng (nobar) dan diskusi tersebut dihadiri para akademisi Universitas Malikussaleh, IAIN Lhokseumawe, Politeknik Negeri Lhokseumawe, aktivis sosial dan pegiat hak asasi manusia, serta kalangan mahasiswa.

Kegiatan diawali dengan nonton bareng film A Thousand Cuts, dilanjutkan dengan diskusi menampilkan dua pembicara, yakni Direktur YLBHI-LBH Banda Aceh, Syahrul, S.H., dan Ayi Jufridar, jurnalis senior yang juga Ahli Pers, dipandu Sirajul Munir, pengurus AJI Lhokseumawe.

Diskusi mengangkat tema “Bersama Melawan Represif”, yang mencerminkan substansi film A Thousand Cuts, mengisahkan sosok Maria Ressa, Pemimpin Redaksi Rappler.

Film tersebut mengeksplorasi konflik antara pers dan pemerintah Filipina di bawah Presiden Rodrigo Duterte. Di mana pada akhirnya Maria Ressa harus mendekam dalam penjara selama 6 tahun atas tuduhan penipuan dan pencemaran nama baik.

Dalam film A Thousand Cuts diceritakan Presiden Rodrigo Duterte tergoda untuk memperpanjang masa jabatannya lebih dari 7 tahun. Diketahui di Filipina, seorang presiden hanya boleh menjabat dalam masa satu periode selama 6 tahun.

Saat itulah arogansi pemerintahan mulai terasa dan cenderung antikritik. Duterte mencoba membungkam media yang kritis kepada pemerintahannya. Seperti membungkam media yang dipimpin Maria Ressa. 

“Hal-hal yang dikisahkan dalam film itu memang sangat rentan terjadi bagi kalangan jurnalis, maka sudah saatnya kita bersama-sama untuk melawan berbagai tindakan represif," kata Saiful Bahri didampingi tim panitia M. Agam Khalilullah, Muzakir, dan Bastin.

Film ini diputar di tiga negara, yaitu Indonesia, Malaysia, dan Filipina. [Agm]

Keyword:


Editor :
Alfatur

riset-JSI
Komentar Anda