Ramzi Akademisi FISIP UIN Ar-Raniry Menyoroti Praktek Politik Identitas di Pilpres 2024
Font: Ukuran: - +
Reporter : Biyu
Ramzi Murziqin, S.H.I., MA, Dosen dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Ar-Raniry. Foto: Ist
DIALEKSIS.COM | Aceh - Pemilihan Presiden 2024 di Indonesia menjadi fokus perhatian, terutama dalam konteks praktek politik identitas yang beragam di berbagai daerah, termasuk Aceh.
Ramzi Murziqin, S.H.I., MA, Dosen dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Ar-Raniry, memberikan pandangan mendalamnya mengenai perbandingan praktek politik identitas di Aceh dengan skenario nasional dalam Pilpres 2024.
Menurut Murziqin, Aceh memiliki dinamika politik identitas yang unik dan berbeda dari provinsi lain. Keberanomalian ini mencakup kehadiran partai politik lokal, institusi pelaksana pemerintah, kuota 120 persen, calon perorangan, dan lain-lain.
"Hal lain yang menonjol di Aceh adalah identitas politik yang kuat terkait dengan Islam. Sejarah, agama, dan konflik lokal memainkan peran besar dalam membentuk identitas politik di wilayah ini," papar Murziqin.
Di sisi nasional, Pilpres 2024 memunculkan dinamika politik identitas yang kompleks. Faktor-faktor seperti nasionalisme, agama, etnis, dan isu-isu sosial menjadi elemen kunci dalam praktek politik identitas di tingkat nasional.
Murziqin menjelaskan bahwa sejarah panjang perjuangan dan identitas kuat sebagai daerah otonom dengan ciri khas Islam dominan memengaruhi dinamika politik identitas di Aceh.
"Penting untuk memahami bahwa dinamika identitas di Aceh erat kaitannya dengan sejarah konflik dan situasi sosial-keagamaan yang ada di wilayah ini," ungkapnya.
Sementara itu, di tingkat nasional, identitas politik sering dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti etnis, agama, dan isu nasionalisme.
"Pilpres 2024 di tingkat nasional mencerminkan dinamika identitas yang kompleks, dengan persaingan untuk mendapatkan dukungan dari berbagai kelompok masyarakat," sambung Murziqin.
Dalam konteks ini, Murziqin menekankan pentingnya keterbukaan dan dialog antarwilayah untuk mencapai pemahaman bersama.
"Penting bagi pemimpin nasional untuk memahami keragaman dan dinamika di berbagai daerah, termasuk Aceh, demi membangun kepercayaan dan kesatuan dalam kerangka negara Kesatuan Republik Indonesia," tegasnya.
Murziqin mengakhiri dengan menekankan bahwa pemahaman mendalam terhadap konteks lokal dan nasional menjadi kunci untuk merawat persatuan dan menjaga stabilitas politik selama Pilpres 2024.
"Pendidikan politik dan dialog antarkelompok sangat penting untuk menciptakan pemahaman bersama dan mengurangi potensi konflik identitas," pungkasnya.