kip lhok
Beranda / Berita / Aceh / Map Biomas Indonesia Dirancang Sebagai Platform Monitoring Perubahan Tutupan dan Penggunaan Lahan

Map Biomas Indonesia Dirancang Sebagai Platform Monitoring Perubahan Tutupan dan Penggunaan Lahan

Kamis, 28 Juli 2022 19:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Auliana Rizky

[Foto: Dialeksis/Au]

DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Auriga Nusantara bekerja sama dengan sembilan organisasi masyarakat sipil mengembangkan pemetaan hutan di Indonesia dengan mengembangkan suatu platform yang dapat menunjukkan dinamika tutupan lahan yang disebut Mapbiomas Indonesia. 

Mapbiomas Indonesia berencana untuk mengembangkan platform mendeteksi perubahan tutupan lahan yang mendekati 'waktu sebenarnya', di mana ide tersebut akan mengadopsi dan mengimplementasikan metodologi Mapbiomas Alerta.

Mapbiomas Indonesia dirancang sebagai platform monitoring perubahan tutupan dan penggunaan lahan yang dapat diaplikasikan untuk:

1. Memetakan dan mengukur transisi tutupan dan penggunaan lahan;

2. Menghitung kehilangan dan penambahan hutan secara bruto dan neto;

3. Pemantauan sumber daya air dan interaksinya dengan kelas tutupan dan penggunaan lahan;

4. Pemantauan perluasan lahan pertanian dan tanaman industri;

5. Pemantauan kawasan lindung;

6. Pemantauan kawasan hutan dan perizinan berbasis lahan; dan

7. Pengembangan serta perencanaan wilayah.

Melalui infografis, perubahan tutupan dan penggunaan lahan di Indonesia tahun 2000-2019, telah terjadi peningkatan tutupan sawit sebesar 132,24 persen. Pada tutupan hutan tanaman pun terjadi peningkatan sebesar 233,59 persen dan tutupan tambang terjadi peningkatan sekitar 217,98 persen.

Deforestasi telah terjadi di Indonesia dari tahun 2000 hingga 2019 yakni sebesar 11,35 persen atau seluas 12,98 persen juta hektar. Deforestasi memberi dampak meningkatnya beberapa tutupan lahan seperti hutan tanaman yakni seluas 1,3 juta hektar, perkebunan sawit yakni seluas 3,9 juta hektar dan areal tambang yakni seluas 200 ribu hektar.

Pada tahun 2019, tutupan lahan di Indonesia didominasi oleh tutupan hutan alam sebesar 52,22 persen dan tutupan pertanian lainnya sebesar 26 persen. Sementara, tutupan sawit dan vegetasi bukan hutan hanya sebesar 8,17 persen dan 7,16 persen.

Tutupan lainnya memiliki persentase kecil diantaranya hutan tanaman sebesar 1,85 persen, tutupan alami non vegetasi 1,82 persen, Mangrove sebesar 1,03 persen, Sungai/Danau sebesar 1 persen, tambang sebesar 0,58 persen, dan citra tertutup awan sebesar 0,04 persen.

Kemudian pada tahun 2000 dominasi tutupan terluas Pulau Sumatera diantaranya tutupan formasi hutan sebesar 42,89 persen, tutupan pertanian lainnya sebesar 40,40 persen, tutupan kelapa sawit sebesar 10,85 persen.

Namun pada 2019 dominasi tutupan formasi hutan telah berkurang menjadi 30,30 persen. Penambahan terjadi pada pertanian lainnya yakni sebesar 42,97 persen dan tutupan kelapa sawit.

Berdasarkan data koleksi 1.0 di Provinsi Aceh (2000-2019) yaitu sebagai berikut.

1. Penurunan luas Hutan Alam 5,49 persen;

2. Penurunan Luas Mangrove 42,50 persen;

3. Peningkatan luas Hutan Tanaman 265,95 persen;

4. Peningkatan luas Kelapa Sawit 204,55 persen;

5. Peningkatan luas Tambang 59,43 persen; dan

6. Peningkatan Luas Tambak 90,51 persen.(Auliana)


Keyword:


Editor :
Akhyar

riset-JSI
Komentar Anda