Kebenaran Absolut: Kerendahan Hati Manusia dalam Berislam.
Font: Ukuran: - +
Reporter : Redaksi
Foto: net
DIALEKSIS.COM | Tajuk - Dalam pergulatan memahami dan mentrasformasikan Islam pada setiap dimensi berkehidupan (baca: bersyariah) acap sekali setiap orang merasa yakin dengan keyakinan yang dianut. Namun, dalam kebesaran-Nya, hanya Allah SWT yang memiliki kebenaran yang bersifat absolut, sementara hambaNya memiliki pemaknaan serba terbatas.
Manusia, yang lemah dan terbatas, hanya mampu mencapai sebagian kecil dari kebenaran yang telah Allah anugerahkan.
Dasar utama agama Islam terletak pada
dua sumber yang suci: Al Quran dan Al Hadist. Al Quran adalah petunjuk ilahiyah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai panduan bagi umat manusia. Al Hadist, sebagai catatan tentang ajaran, perkataan, dan perbuatan Nabi Muhammad SAW, merupakan sumber kedua yang menguatkan landasan dalam berislam.
Menuju perjalanan menjalani ajaran Islam, keyakinan adalah pondasi yang urgen serta menjadi ikatan penting dan tak tergoyahkan, yaitu keyakinan yang melandasi pada pemahaman yang benar terhadap Al Quran dan Al Hadist.
Banyak ayat Al Quran yang menekankan pentingnya bertahan pada ajaran yang benar dan menjauhkan diri dari pemikiran serta sikap yang dapat menimbulkan
perpecahan.
Allah SWT berfirman dalam Surah Ali Imran ayat 103: "Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai."
Pemahaman terhadap perinsip dasar syariat Islam (prinsip iman, islam dan ohsan) membutuhkan kepada pemahaman yang didasarkan pada ilmu pengetahuan dan pemahaman yang mendalam terhadap konteks historis dan kultural yang mentradisi pada waktu disyariatkan Islam.
Hal ini penting untuk menghindari penafsiran yang salah atau menyimpang dari substansi ajaran yang sesungguhnya dalam keterbatasan pemaknaan yang dimiliki oleh setiap orang.
Namun, kita harus selalu mengingat bahwa kebenaran mutlak hanya dimiliki oleh Allah SWT. Manusia memiliki keterbatasan dalam memahami kehendak-Nya secara menyeluruh.
Oleh karena itu, kerendahan hati dan kesederhanaan dalam memahami ajaran agama Islam adalah sikap yang sangat penting.
Sebagaimana yang Allah SWT nyatakan dalam Surah Al-An'am ayat 50: "Katakanlah: "Tidaklah aku katakan kepadamu, bahwa aku mempunyai perbendaharaan Allah, dan tidak (pula) aku mengetahui yang ghaib, dan tidak (pula) aku mengatakan bahwa aku seorang malaikat. Aku tidak mengikuti kecuali apa yang diwahyukan kepadaku.""
Dengan memelihara keyakinan yang benar dan bersandar pada Al Quran serta Al Hadist, serta dengan mengakui bahwa kebenaran mutlak hanya dimiliki oleh Allah SWT, kita dapat memperkuat pemahaman kita akan ajaran Islam dan menjalani kehidupan yang bermakna sesuai dengan petunjuk-Nya.