Beranda / Berita / Pojok Iqbal / Ahlul Bid'ah

Ahlul Bid'ah

Jum`at, 05 Maret 2021 08:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Astronomy; Galileo with his telescope in the Piazza San Marco, Venice . Kredit: wellcomecollection.org


Galileo Galilei merupakan salah satu pelaku bid'ah terbesar pada zamannya, setelah ia membenarkan serta mendukung penuh fatwa heliosentris milik astronom asal Polandia, Nicolaus Copernicus. 

Bid'ah dahsyat ini dituangkan Copernicus lewat bukunya yang berjudul De Revolutionibus Orbium Coelestium di tahun 1543, yang sepakat dengan gagasan bahwa semua planet (termasuk Bumi) yang bergerak mengitari matahari. 

Menentang semua "kebenaran mutlak" berumur 1500 tahun yang diyakini oleh otoritas gereja katolik pada masa itu bahwa bumi adalah pusat semesta, sehingga planet-planet dan matahari yang berputar diatas bumi.

Pada jaman old, orang menyebutnya teori geosentris. Sedangkan pada generasi millenial jaman now, mereka dipanggil kaum bumi datar. 

Galileo Galilei memberikan salah satu sumbangsihnya kepada umat manusia pada lima abad lalu, perkembangan teknologi pengamatan benda luar angkasa dengan penemuan teleskop refraktornya yang mampu menjadikan mata manusia melihat lebih jelas benda langit yang tidak bisa diamati melalui mata telanjang.

Teleskop Galileo menjadi instrumen bid'ah terpenting, karena menggunakan alat itu ia mampu mengamati lebih tajam dan jelas berbagai perubahan bentuk penampakan Venus, seperti Venus Sabit atau Venus Purnama sebagai akibat perubahan posisi Venus terhadap Matahari.

Penalaran fenomena Venus mengitari Matahari memperkuat fatwa teori heliosentris, yaitu bahwa Matahari adalah pusat alam semesta, bukan Bumi. Sehingga membuatnya dijatuhi hukuman pada tahun 1634 oleh Gereja Katolik. "Keberuntungan" menyelamatkannya dari hukuman mati, ia hanya menjadi tahanan rumah sampai menghembuskan nafas terakhir pada tahun 1642.

Sebenarnya, itu tidak bisa disebut sekedar "keberuntungan." Galileo Galilei bukan hanya sebagai pemikir besar, filsuf, fisikawan dan begawan astronomi observasional. Melebihi itu, ia juga sebagai pelakon strategi politik yang cermat.

Lolos dari hukuman mati merupakan buah dari investasi politik yang Galileo lakukan di waktu lampau. Sejak muda, Ia sadar betul posisinya yang sangat berbahaya sebagai ilmuwan revolusioner yang hidup di era transisi dari abad kegelapan ke abad Renaisans yang melanda Eropa masa itu. Proses peralihan selalu memakan korban dengan tragis lagi sia-sia.

Galileo si penemu yang hebat hidup dengan bergantung dari kemurahan hati para penguasa kaya untuk menyokong dana risetnya sekaligus menjadi beking pengamanan bagi keselamatan jiwanya. Seringkali ia menghadiahi ciptaan dan temuannya kepada mereka. Seperti memberikan kompas militer ciptaannya (penemuan paling mutakhir pada saat itu) kepada Duke of Gonzaga.

Momentum terbesarnya adalah ketika menjadi ilmuwan pribadi bagi Klan Medici, Keluarga paling kuat diseluruh Eropa saat itu dengan menguasai politik, ekonomi/ perbankan, ke-Pausan Vatikan dan struktur pemerintahan.

Kita sudah jarang mendengar istilah dokter pribadi, akuntan pribadi atau lebih ekslusif lagi pengacara pribadi dimana satu profesional dibidang tersebut hanya mengabdi pada satu klien (perorangan atau keluarga), dan pastinya dengan status sosial very very important person (VVIP).

Cukup mengkerutkan kening membayangkan bagaimana bisa sebuah keluarga mempunyai ilmuwan pribadi yang khusus mengabdi bagi satu keluarga saja! Bisa dibayangkan betapa besarnya pengaruh kekuasaan dan kekayaan keluarga tersebut. Dan tidak hanya satu orang Galileo saja, Klan Medici turut juga melindungi dan mensponsori Leonardo da Vinci, Michelangelo, Niccolo Machiavelli dan lainnya.

Keluarga ini muncul ketika Cosimo I mendirikan dinasti Medici pada tahun 1540, di Republik Florence (sekarang wilayah Italia). Keluarga ini memiliki beragam lini bisnis yang paling menguntungkan, dan pundi penghasilan terbesarnya berasal dari sektor perbankan. Bisa dikatakan konsep menajemen industri bank modern dipelopori oleh keluarga ini, dengan ratusan cabang dipelbagai kota penting sekawasan.

Sebagaimana keluarga super kaya lainnya dalam lintasan bacaan sejarah, keluarga Medici juga mengidap penyakit megalomania, sikap narsistik dan kebanggaan pribadi yang berlebihan.

Dari awal berdirinya, keluarga ini telah dengan vulgar menampilkan dan menjadikan Jupiter (nama planet terbesar dalam sistem tata surya/ dewa terkuat dalam mitologi Romawi, padanan dengan Zeus dalam mitologi Yunani) sebagai simbol keluarga Medici. Menyetarakan keluarga ini dalam simbol kekuasaan yang melampaui dunia politik dan perbankan, menjadi "dewa agung" dalam tatanan sosial masyarakat.

Galileo dengan cerdik masuk ke dalam "pusat tatanan semesta" politik dan ekonomi Eropa ini ketika ia berhasil menemukan bulan-bulan (satelit) dari planet Jupiter dengan observasi teleskopik yang rutin dilakukannya. Ia merancang penemuan ini sebagai peristiwa kosmik luar biasa untuk menghormati kehebatan keluarga Medici.

Galileo mengumumkan ke publik jika "bintang-bintang terang bulan-bulan Jupiter muncul di langit" yang dilihat dari teleskopnya bertepatan ketika Cosimo II naik tahta sebagai penerus keluarga Medici.

Ia menjelaskan bahwa jumlah bulan itu empat, sesuai dengan jumlah keluarga penerus Medici (Cosimo II beserta tiga saudara laki-lakinya), dan juga membual tentang kesamaan jika keempat bulan itu mengitari/ mengorbit kepada Jupiter seperti empat putra dalam lingkaran Cosimo I sang pendiri Dinasti Medici.

Lebih lanjut, gombalan Galileo semakin dalam, mengatakan jika peristiwa kosmik ini bukan sebagai kebetulan belaka, hal ini menunjukkan bahwa alam semesta pun melambangkan kekuasaan keluarga Medici. Saat itu, bersaudara tersebut percaya tidak ada yang lebih besar dari Medici.

Sesaat setelah Galileo mendedikasikan penemuan penting ini, ia memesan sebuah lencana yang melukiskan Jupiter duduk diatas sebuah awan dengan empat bintang yang mengitarinya. Galileo memberikan hadiah tersebut kepada Cosimo II yang menegaskan relasi dan keikutsertaannya dalam tatanan semesta politik dan ekonomi terkuat.

Relasi politik inilah yang akhirnya menyelamatkan nyawa sang ilmuwan kondang dari tiang gantungan, hukuman mati dianggap sebagai hukuman paling layak untuk seorang dengan vonis penista agama. Seorang pendosa besar yang memperjuangkan amalan bid'ah terbesar pada masa itu, yaitu mempercayai serta meyakini bahwa bumi-lah yang mengelilingi matahari.

"In questions of science, the authority of a thousand is not worth the humble reasoning of a single individual." ~Galileo Galilei (1564-1643)

Iqbal Ahmady M Daud, pengajar di Ilmu Politik FISIP USK, Penyuka Kopi Sanger Solong Ulee Kareng

Keyword:


Editor :
Sara Masroni

Berita Terkait
    riset-JSI
    Komentar Anda