Minggu, 21 Desember 2025
Beranda / Gaya Hidup / Sosialita / Bantuan Kemanusiaan Doktif untuk Bener Meriah Gagal Terbang Akibat Tertahan Birokrasi

Bantuan Kemanusiaan Doktif untuk Bener Meriah Gagal Terbang Akibat Tertahan Birokrasi

Minggu, 21 Desember 2025 20:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Naufal Habibi

dr. Amira dalam video di akun TikTok pribadinya @dokterdetektifhero. [Foto: Tangkapan layar media dialeksis.com]


DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Dokter Detektif atau yang dikenal dengan nama asli dr. Amira Farahnaz mengaku kecewa setelah gagal diberangkatkan ke wilayah terdampak bencana banjir dan longsor di Aceh Tengah dan Bener Meriah.

Melalui unggahan di media sosial TikTok, dr. Amira akan mengantarkan bantuan kemanusiaan dengan menggunakan pesawat Hercules, meskipun bantuan medis dan logistik yang dibawanya telah dipersiapkan secara matang sejak beberapa hari sebelumnya.

“Hai guys, ketemu dengan Doktif, dokter detektif. Sebenarnya kita membawa bantuan untuk saudara-saudara kita di Bener Meriah dan Takengon, daerah yang sampai hari ini belum bisa diakses melalui jalur darat,” ujar dr. Amira dalam video di akun TikTok pribadinya @dokterdetektifhero yang dilansir media dialeksis.com, Minggu (21/12/2025).

Dalam misi kemanusiaan tersebut, dr. Amira tidak sendiri. Ia bersama dokter Maya membawa ratusan kilogram hingga mendekati satu ton bantuan, terdiri dari perlengkapan medis, susu, pakaian baru, selimut, hingga belasan starling medis yang telah terisi dan siap digunakan.

“Semua yang kita bawa ini baru, bukan pakaian bekas. Kita juga membawa perlengkapan medis lengkap, dan semua pelayanan medis nantinya gratis, bukan berbayar,” tegasnya.

Tak hanya itu, tim Doktif juga membawa genset portable berbasis tenaga surya, yang dapat menjadi sumber listrik darurat bagi warga di wilayah yang lumpuh total akibat keterbatasan akses dan infrastruktur.

“Barang-barang ini sangat dibutuhkan. Portable solar, genset, perlengkapan medis ini bukan bantuan simbolis, tapi bantuan yang benar-benar bisa dipakai langsung,” katanya.

Namun harapan untuk segera menjangkau masyarakat di pegunungan Aceh harus tertunda. Setibanya di lokasi keberangkatan, dr. Amira menyebutkan bahwa timnya mengalami penolakan dengan alasan birokrasi, termasuk status mereka sebagai tim medis.

“Kami sudah berusaha sejak kemarin, sudah mempersiapkan segalanya. Tapi ternyata ada penolakan. Kami cukup kecewa dan berkecil hati karena tidak bisa diterbangkan,” ungkapnya.

Padahal, menurutnya, kondisi di Bener Meriah dan Takengon sangat mendesak. Banyak warga disebut menjerit meminta bantuan, terutama tenaga medis yang dapat membuka layanan pengobatan darurat.

“Bayangkan, saudara-saudara kita di sana menunggu. Tapi bantuan tertahan karena birokrasi. Ini yang membuat kami kecewa,” ujarnya.

Dalam pernyataannya, Doktif secara terbuka mengkritik sistem birokrasi yang dinilainya berbelit dan tidak berpihak pada situasi darurat. Ia pun mengajak masyarakat Indonesia untuk ikut menyuarakan persoalan ini.

“Jujur saja, no viral no justice. Kalau tidak diviralkan, bantuan seperti ini akan terus dipersulit. Kami minta tolong netizen Indonesia, bantu suarakan agar sampai ke pusat,” kata dr. Amira.

Ia bahkan menyindir kondisi tersebut dengan mengatakan, jika dirinya memiliki pesawat pribadi atau helikopter, kemungkinan besar bantuan itu sudah lama sampai ke lokasi.

Meski gagal mencapai Aceh Tengah dan Bener Meriah, Doktif menegaskan tidak akan menyerah. Ia dan tim langsung mengalihkan misi kemanusiaan ke Aceh Tamiang, khususnya wilayah pelosok yang tidak bisa dijangkau kendaraan roda empat.

“Kita sekarang menuju Aceh Tamiang, ke area-area dalam yang hanya bisa dijangkau dengan jalan kaki,” ujarnya.

Langkah ini menjadi bukti bahwa misi kemanusiaan yang dijalankan dr. Amira bukan sekadar konten, melainkan komitmen nyata untuk hadir di tengah masyarakat yang membutuhkan.

Doktif berharap agar pemerintah dan pemangku kebijakan dapat lebih responsif dan fleksibel dalam situasi darurat, terutama ketika bantuan datang dari relawan dan tenaga medis yang siap bekerja tanpa pamrih.

“Kami hanya ingin membantu. Tidak ada kepentingan apa pun selain kemanusiaan. Harapan kami, jangan lagi bantuan dipersulit, apalagi untuk daerah yang benar-benar membutuhkan,” tutupnya. [nh]

Keyword:


Editor :
Indri

riset-JSI
pema