Beranda / Sosok Kita / Kisah Zarfan, Mahasiswa Kedokteran USK Lulus Tanpa Skripsi

Kisah Zarfan, Mahasiswa Kedokteran USK Lulus Tanpa Skripsi

Kamis, 01 Februari 2024 22:30 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Nora

Zarfan, mahasiswa Fakultas Kedokteran bebas skripsi terlihat sedang berdiri di tengah kerumunan saat acara yudisium fakultas tersebut pada Selasa, (30/1/2024) di Gedung AAC Dayan Dawood. [Foto: for Dialeksis]


DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Skripsi barangkali salah satu kewajiban kampus yang tidak terlalu disukai oleh rata-rata mahasiswa. Menyelesaikan sebuah skripsi mungkin bisa menguras biaya yang lumayan disamping memeras waktu dan tenaga, terlebih lagi bagi mahasiswa dari Fakultas Kedokteran yang terkenal "sulit masuk, sulit keluar" tersebut. 

Akan tetapi, Zarfan membuktikan sebaliknya, ia tampil sebagai satu-satunya mahasiswa yang lulus tanpa perlu skripsi diantara 190 mahasiswa lainnya saat yudisium Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala pada Januari 2023.

Bernama lengkap Zarfan Fawwaz Muhamad, Zarfan merupakan mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter angkatan 2020. Ia mendapatkan penghargaan dari Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala untuk tidak menyelesaikan skripsi sebagai salah satu syarat untuk menjadi lulusan strata satu (S1). Bukan hanya sekedar "hadiah", tak lain ia menganggap penghargaan ini merupakan jerih payah, keringat dan doa-doanya selama itu.

Bermula ketika orientasi mahasiswa baru tahun 2020, Alumni Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala, dr. Imam Maulana, memberikan pengalaman mendapatkan penghargaan "bebas" skripsi yang didapat setelah mendapatkan medali emas pertama untuk Aceh dalam ajang Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) ke-32 di Universitas Udayana Bali pada 2019 lalu. 

“Perasaan saya sangat menggebu supaya bisa mendapatkan penghargaan seperti itu dan momen tersebut masih saya ingat saat masa orientasi secara daring,” ucap Zarfan kepada Dialeksis.com, Kamis (1/2/2024).

Percobaan keberuntungan di tahun 2021 ia mengajukan proposal Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) kepada Kemdikbudristek untuk mengembangkan rekam medis digital yang terintegrasi. Sayangnya, percobaan tersebut gagal seleksi di tingkat universitas. 

Tak pelak, Zarfan segera mengevaluasi kegagalannya itu dengan melihat berbagai sudut pandang. Pada fase ini, ia sering berkonsultasi dengan seniornya di Fakultas Kedokteran yang pernah lulus dalam ajang PIMNAS. Kesempatan lain datang di pertengahan tahun 2022, seniornya di kampus, Adinda Zahra Ayufi Ramadhani mengajak Zarfan untuk berpartisipasi sebagai anggota tim dari PKM nya dari bidang Karsa Cipta. 

Ia dengan empat rekan timnya berhasil membuat alat pendeteksi derajat keparahan COVID-19 dengan Mobile Phone Telemedicine Asynchronous (G-COV). Program tersebut mendapatkan pendanaan dari Kemendikbudristek dan berhasil menciptakan sebuah prototipe fungsional. 

Lewat bimbingan Dr. dr. Budi Yanti Sp.P(K), Zarfan untuk kedua kali mengajukan proposal PKM nya dengan ide menciptakan sebuah alat yang dapat mendeteksi gejala penyakit Paru Obstruktif Kronik (POK). Alat tersebut POK dengan memindai gambaran luka yang terdapat di mulut akibat merokok dengan Artificial Intelligence. Bersama timnya, ia berhasil memecahkan rekor yaitu meraih medali emas kedua untuk Aceh, USK, dan Fakultas Kedokteran di ajang mahasiswa paling bergengsi, PIMNAS ke-36 yang dihelat di Universitas Padjajaran pada November 2023 lalu. Hal ini sangat mengesankan sekaligus mengejutkan mengingat empat tahun USK “puasa” mendapat medali di ajang PIMNAS.

Tidak hanya itu, Zarfan juga berkesempatan mempresentasikan karya ilmiah beserta instrumen temuannya itu dalam International Conference Aceh Surgery Update Meeting 2023 yang berlangsung pada pertengahan Oktober tahun lalu.

“Kami memperkenalkan alat detektor kami dan mendapatkan penghargaan sebagai presentan terbaik ke-2 dari keseluruhan peserta yang sudah bergelar dokter-dokter,” tutur Zarfan. Selain itu, hasil temuannya juga ia terbitkan di Jurnal Respirologi Indonesia di November tahun 2023.

Prestasi-prestasinya tersebut berbuah manis ketika Zarfan menerima penghargaan bebas tugas akhir dari fakultasnya. Tak hanya prestasi luar kampus, track record akademiknya juga patut diacungi jempol dimana ia dapat menyelesaikan seluruh beban kuliahnya hanya dalam kurun waktu 3,5 tahun. Sesuatu yang jarang terjadi di lingkungan fakultas kedokteran.

“Penghargaan bebas skripsi diberikan langsung oleh fakultas kedokteran, mungkin bukan sekadar mendapatkan medali PIMNAS, tapi saya rasa ada pertimbangan lainnya juga," begitu ujar Zarfan yang kini sedang mempersiapkan pendidikan profesi dokternya untuk pertengahan Maret ini.

Selama menempuh perkuliahan, ia pernah menjadi asisten dosen, dan juga aktif di berbagai organisasi. Cita-cita dan nilai-nilai keilmuan dunia dan akhiratnya mendorongnya untuk bertumbuh dan berkembang membuat terbuka dengan ide-ide terbaru. 

“Saya juga manusia biasa hanya ingin membanggakan kedua orang tua, ada prinsip-prinsip pribadi yang sedang dipegang teguh. Setiap penerimaan pasti ada hal yang harus dibayarkan,” tutup Zarfan.

Keyword:


Editor :
Alfi Nora

riset-JSI
Komentar Anda