Dua Putra Aceh Dipercayakan Jokowi Memimpin Negeri
Font: Ukuran: - +
DIALEKSIS.COM - Walau dalam Pemilu lalu, pasangan Joko Widodo dan Ma’ruf Amin kalah di Aceh, namun Jokowi masih mempercayakan dua putra Aceh untuk masuk dalam Kabinet Indonesia Maju.
Dua putra Aceh ini adalah manusia profesional, sehingga Jokowi mempercayakan jabatan di pundaknya. Dr Sofyan A Djalil SH MA MALD, selama ini sudah malang melintang dalam meniti karir. Dia kembali dipercayakan sebagai Menteri Agraria dan Tata Ruang (ATR).
Sementara Jendral (purn) Fahcrul Razi "di bahunya" disematkan tugas mengurus persoalan keyakinan umat. Mantan wakil Panglima TNI ini merupakan orang pertama dari militer yang dipercayakan menjabat Menteri Agama.
Manusia unggul dari Bumi Aceh masih sangat diperhitungkan di negara ini. Kemampuan mereka sudah teruji. Karena profesional, Jokowi mempercayakan mereka membangun pertiwi.
Siapa yang tidak kenal Sofyan A Djalil, Menteri ATR, kini dipercayakan kembali pada jabatan yang sama. Putra Aceh kelahiran, Aceh Timur, 23 September 1953, berasal dari keluarga sederhana.
Sejak kecil dia sudah belajar mandiri, menjual telur itik. Ayahnya hanya seorang tukang cukur dan ibunya sebagai guru mengaji. Namun dari tangan talenta yang penuh kasih sayang ini, Sofyan menjabat beberapa menteri di Bumi Pertiwi.
Suami dari Ratna Wangi ini, ketika dewasa mengadu peruntungan di Jakarta. Dia sempat menjadi penjaga masjid di Menteng Raya 58, serta kondektur metromini. Sofyan juga aktif dalam kegiatan masyarakat, juga tercatat sebagai aktivis Pelajar Islam Indonesia (PII).
Alam sudah menempa Sofyan A Djalil hingga dia mampu lulus dari Universitas Indonesia, bahkan sampai meraih sejumlah gelar pendidikan hebat di Amerika. Terakhir dia meraih gelar Doctor of Philosophy (Ph.D) di Amerika pada tahun 1993.
Sejumlah gelar yang sudah diraih putra Aceh Timur ini; Sarjana Hukum (SH), Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Jakarta, bidang studi Hukum Bisnis, tahun 1984.
Master of Arts (MA.), The Graduate School of Arts and Sciences, Tufts University, Medford, Massachusetts, Amerika Serikat, bidang studi Public Policy, tahun 1989.
Master of Arts in Law and Diplomacy (MALD), The Fletcher School of Law and Diplomacy, Tufts University, Medford, Massachusetts, AS, bidang studi International Economic Relation, tahun 1991.
Doctor of Philosophy (PhD), The Fletcher School of Law and Diplomacy, Tufts University, Medford, Massachusetts, AS, bidang studi International Financial and Capital Market Law and 1993.
Dari berbagai sumber yang berhasil Dialeksis.com kumpulkan, ada beberapa jabatan yang pernah diemban Sofyan Djalil. Sejak tahun 2007 sampai sekarang Sofyan A Djalil tetap dipercayakan sebagai menteri di Indonesia. Ada enam jabatan menteri yang dipercayakan kepadanya.
Menteri Negara BUMN Republik Indonesia(2007-2009). Menteri Komunikasi dan Informasi Republik Indonesia (2004-2007). Menteri Koordinator Bidang Perekonomian(2014-2015). Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas (2015-2016). Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala BPN RI dan kini kembali dipercayakan sebagai Menteri Agraria dan Tata Ruang.
Selain itu, Sofyan A Djalil juga tercatat banyak sudah mengukir sejarah dalam berbagai kegiatan. Dia pernah menjabat sebagai Wakil Penjamin Emisi Efek, Panitia Standar Profesi Pasar Modal, tahun 1996. Wakil Manajer Investasi, Panitia Standar Profesi Pasar Modal, tahun 1997.
Juga pernah dipercayakan sebagai Kepala Bidang Telaah Strategis Kantor Wakil Presiden Republik Indonesia(2010-2014). Managing Partner, Sofyan Djalil & Partners. Komisaris Utama PT Multi Adiprakarsa Manunggal (Kartuku). Komisaris Independen PT Kimia Farma, Tbk (Mei 2003-sekarang)
Putra Aceh ini juga tercatat sebagai pengurus Lembaga Komisaris dan Direktur Indonesia LKDI (2003-sekarang). Sejumlah direksi seperti, Direktur Eksekutif Lembaga Komisaris dan Direksi Indonesia (2001-2003). Komisaris Utama, PT Pupuk Iskandar Muda (1999-Juli 2004). Komisaris PT Perusahaan Listrik Negara (1999-Mei 2002). Komisaris PT Pelabuhan Indonesia III (1998-Mei 2001), serta berbagai jabatan lainnya yang lumayan banyak.
Untuk Aceh dia juga dilibatkan Tim mediasi perundingan pemerintah RI dan GAM di Helsinki, Finlandia, (2004-2005). Kalau bercerita tentang dosen, Sofyan A Djalil sangat banyak perguruan tinggi meminta jasanya mentransferkan ilmu kepada mahasiswa.
Putra Aceh ini memiliki segudang prestasi dan karya yang luar biasa, semuanya tercatat dalam goresan tinta emas di negeri ini. Bumi Aceh telah melahirkan putra terbaik untuk pertiwi.
Bagaimana dengan Jendral (purn) Fachrul Razi? Walau prestasi putra kelahiran Banda Aceh, 26 Juli 1947, tidak segemerlap Sofyan A Djalil, namun dia merupakan orang pertama dari militer yang dipercayakan presiden menjabat sebagai Menteri Agama priode 2019-2024.
Walau sudah berumur 72 tahun, Fachrul Razi masih terlihat energik. Presiden Joko Widodo mempercayakan pejabat militer ini untuk mengurus keyakinan umat. Fahcrul merupakan alumnus Akademi Militer 1970. Pengalamannya dalam infanteri sudah teruji.
Dia pernah menjadi Komandan Brigade Infanteri Lintas Udara 17 Kujang 1 Kostrad. Wakil Asisten Operasi KASAD, kemudian dipercayakan sebagai Kepala Staf Daerah Militer VII/Wirabuana.
Kemudian dia dipercayakan sebagai Gubernur Akademi Militer (1996-1997), dilanjutkan untuk memegang amanah sebagai Asisten Operasi KASUM ABRI (1997-1998). Karirnya di militer perlahan lnaik, dia dipercayakan sebagai Kepala Staf Umum ABRI (1998-1999).
Selanjutnya Fachrul Razi menjabat sebagai Sekertaris Jenderal Departemen Pertahanan (1999) dan terakhir sebagai Wakil Panglima TNI (1999-2000).
Pada masa kepemimpinan Joko Widodo-Ma’ruf Amin, jendral purnawirawan ini dipercayakan sebagai Menteri Agama.
Bumi Aceh sudah melahirkan sejumlah pemimpin terkemuka. Sejarah sudah mencatatnya, manusia pilihan dari Aceh sudah menoreh sejumlah prestasi dari masa ke masa. Pada era Jokowi-Ma’ruf Amin, dua putra Serambi Mekkah ini dipercayakan sebagai kabinet untuk mengurus negeri.
Sofyan A Djalil dan Fachrul Razi kini sudah menjadi milik pertiwi. Di pundaknya disematkan harapan, kiranya mampu membawa perubahan ke arah yang lebih baik dari sebelumnya.
Sebagai putra Aceh, rakyat di ujung barat pulau Sumatra ini juga berharap, kedua putra terbaik ini tidak melupakan tanah leluhurnya, tempat mereka dilahirkan dan dibesarkan. (Bahtiar Gayo)