Beranda / Sosok Kita / Belajar Dari Safri, Dari Korban Bullying Hingga Fokus Concern Isu-Isu Anak

Belajar Dari Safri, Dari Korban Bullying Hingga Fokus Concern Isu-Isu Anak

Minggu, 29 November 2020 13:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Nora
Foto: doc pribadi Safri/Dialeksis

DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Selama pandemi banyak kegiatan yang dicancel dan dialihkan ke Zoom, untuk itu lebih banyak menekuni serta belajar lebih dalam terkait ilmu desain grafis, editing video dengan pakarnya langsung.

Begitulah cara Ahmad Safri memanfaatkan waktu di masa pandemi, Ahmad Safri merupakan mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Syiah Kuala.

“ Kegiatan offline untuk akhir-akhir ini ada beberapa kali memberikan materi di Aceh Tamiang, seperti materi terkait penguatan forum anak, penguatan sekolah ramah anak, pesantren ramah anak, desa layak anak, nah disitu saya jadi pematerinya,” ujar Safri saat dihubungi Dialeksis.com, Minggu (29/11/2020).

Selain berkuliah, kerja, ia juga aktif di berbagai organisasi besar diantaranya, Fasilitator Forum Anak Nasional 2019-2021 Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia, Humas Partisipasi Masyarakat Untuk Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PUSPA) Provinsi Aceh, dan baru-baru ini ia sudah tergabung menjadi Staf Media dan Program The Canada Fund for Local Initiatives (CFLI) yang bekerjasama dengan Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Aceh.

“ Sebelumnya saya selalu pingin sekali ke luar negeri, alhamdulillah tercapai melalui event-event, saya bisa jalan-jalan ke Kuala Lumpur, Singapore secara gratis. Tahun 2019 saya menjadi MC di Universitas Kebangsaan Malaysia, kemudian ketika SMA bercita-cita jadi jadi pemateri alhamdulillah sudah tercapai juga,” ungkapnya.

Pencapaiannya selama ini juga tidak terlepas dari cemoohan orang sekitarnya, ketika masa-masa sekolah ia menjadi korban perundungan atau bullying dari teman-temannya kerena dianggap lemah. Oleh sebab itu, saat kuliah ia mulai terjun dan concern ke isu-isu anak. 

“ Bully itu memang tidak pernah berakhir namun bisa diminimalisir, karena bully itu berbahaya, bully itu efeknya panjang, saya sering diejek, sekarang saya sudah bisa menerima diri sendiri, makanya saya concern ke isu anak, karena sudah melewati fase itu,” ujarnya.

Pendapatan yang ia dapatkan selama kerja sambil kuliah ini mampu memenuhi segala kebutuhannya, kemudian ia juga mendapatkan beasiswa Etos ID dari Dompet Duafa Pendidikan. 

“ Sekarang ini saya merasa malu untuk meminta lagi kepada orang tua walaupun tetap dikasih, tetapi kalau kita sudah kerja setidaknya bisa ngurangin beban orang tua gitu kita,” tuturnya.

Bagi Safri, setiap orang punya waktu dan masanya masing-masing, tidak penting siapa kita sekarang, karena setiap orang punya jalan yang bisa ditembuh untuk mencapai atau mengapai cita-citanya. Anak muda itu harus mengenal dirinya dulu, cintai diri sendiri, lihat potensi diri, anak muda harus mengembangkan diri dengan melakukan hal-hal positif. 

“ Punya skill apapun harus ditingkatkan, supaya lebih expert karena di masa muda tidak apa-apa salah, tidak apa-apa banyak tantangan, karena ketika masih muda habiskan saja kesempatan untuk salah melalui tantangan itu, harus inventasi ilmu dan pengalaman yang sebanyak-banyaknya,” pungkasnya. 

Safri berharap, bisa menempuh pendidikan setinggi-tinggi nya, mencoba untuk mempunyai masa depan yang lebih baik lagi, menginspirasi serta dapat berkontribusi untuk orang banyak, meskipun tidak dilirik orang setidaknya hidup ini bermanfaat untuk orang lain [Nora].

Keyword:


Editor :
Redaksi

riset-JSI
Komentar Anda