kip lhok
Beranda / Gaya Hidup / Seni - Budaya / Peranan Aceh Bagi Perkembangan Bahasa Indonesia Menurut Pakar Sejarah

Peranan Aceh Bagi Perkembangan Bahasa Indonesia Menurut Pakar Sejarah

Minggu, 29 Oktober 2023 14:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Naufal Habibi

Pakar budaya dan sastra Aceh, Teuku Abdullah Sakti. [Foto: ist]


DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Bahasa Melayu merupakan akar utama dari bahasa Indonesia. Sepanjang sejarah perkembangannya, bahasa Melayu terus-menerus diperkaya sehingga ia semakin mantap berperan di seluruh wilayah Nusantara.

Peminat Manuskrip dan Sastra Aceh, T.A. Sakti mengatakan seiring dengan timbul-tenggelamnya kerajaan-kerajaan di Asia Tenggara dan datangnya penjajahan asing; bahasa Melayu pun mendapat predikat yang berbeda-beda dalam perkembangannya.

Bahasa Melayu Pasai berkembang pada masa Kerajaan Samudera Pasai (1250-1524 M). Kerajaan ini amat berperan dalam penyebaran agama Islam ke berbagai wilayah di Asia Tenggara seperti ke Melaka dan Jawa.

Bersamaan berkembangnya agama Islam itu tersebar pula bahasa Melayu Pasai di daerah wilayah tersebut melalui kitab-kitab pelajaran agama Islam yang menggunakan bahasa Melayu Pasai sebagai pengantarnya.

"Kerajaan Samudera Pasai berhubungan akrab dengan Kerajaan Melaka. Perkawinan antara Sultan Melaka Iskandar Syah dengan puteri Sultan Zainal Abidin dari Samudera Pasai semakin mempererat hubungan kedua negara itu," ujarnya kepada Dialeksis.com, Minggu (29/10/2023).

Lanjutnya, Sultan Samudera juga telah mengutus dua orang ulama ke pulau Jawa untuk mengembangkan agama Islam. Berkat dakwah Islam yang dilakukan oleh Maulana Malik Ibrahim dan Maulana Ishak-lah, maka agama Islam berkembang di Gresik, dan seterusnya menyebar ke seluruh pulau Jawa. Karena berperan sebagai pendakwah pertama itulah sehingga Maulana Ishak bergelar Syekh Awwalul Islam.

Sebutan istilah “bahasa Melayu” merupakan kebiasaan baru di abad ke 18. Pada abad keenam belas dan tujuh belas penyebutan bahasa Melayu adalah dengan menggunakan istilah “bahasa Jawi”, karena bahasa itu ditulis dalam huruf Jawi, yakni huruf Arab yang telah disesuaikan dengan ucapan-lidah masyarakat Nusantara.

 Sementara “Jawi” ialah sebutan orang-orang Arab di masa itu untuk negeri-negeri di wilayah Nusantara - Asia Tenggara.

Hikayat Raja-raja Pasai yang ditulis dengan bahasa Jawi atau bahasa Melayu Pasai merupakan bukti amat kuat untuk mengenal bentuk asli bahasa Jawi Pasai itu. Namun, naskah satu-satunya dari Hikayat Raja-raja Pasai yang terwariskan kepada kita hari ini bukanlah dijumpai di Aceh, melainkan di pulau Jawa.

 Naskah ini kepunyaan Kiai Suradimenggala, Bupati Sepuh di Demak, daerah Bogor yang selesai disalin tahun 1235 H atau 1819 M.  

Keberadaan naskah satu-satunya Hikayat Raja-raja Pasai di pulau Jawa merupakan salah satu bukti pula, bahwa masyarakat Jawa masa itu telah mengenal bahasa Melayu Pasai dengan baik, sehingga mereka dapat menikmati kisah-kisah dalam Hikayat Raja-raja Pasai itu

Keyword:


Editor :
Alfi Nora

riset-JSI
Komentar Anda